Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Diingatkan Tak Perbanyak Wakil Menteri pada Periode Keduanya

Kompas.com - 22/10/2019, 17:33 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati mengingatkan Presiden Joko Widodo untuk tak memperbanyak posisi wakil menteri pada periode kedua pemerintahannya.

Menurut dia, jika posisi wakil menteri diperbanyak, akan tidak konsisten dengan upaya Jokowi memangkas birokrasi.

"Saya menjadi bingung ketika di satu sisi eselon itu yang biasanya masing-masing kementerian minimal ada 4, dan berencana dipangkas, di sisi lain kalau kita baca edaran yang berkembang proyeksi yang beredar luas, hampir semua kementerian, itu kan ada wakil menteri gitu kan," kata Enny dalam diskusi bertajuk Mencermati Kabinet Jokowi Jilid 2 di Upnormal Raden Saleh, Jakarta, Selasa (22/10/2019).

Jokowi, kata Enny, jangan sampai terjebak pada upaya mengakomodasi kepentingan politik semata jika berencana memperbanyak posisi wakil menteri.

Baca juga: Jokowi Bakal Pangkas Eselon ASN, Ini Dampaknya Kata Kemendagri

Jokowi harus memastikan bahwa posisi wakil menteri ada di kementerian-kementerian yang memang memiliki cakupan kerja yang luas dan kompleks.

"Ini (jika posisi wakil menteri diperbanyak) kalau terjadi itu salah satu yang harus kita pertanyakan, bagaimana ceritanya ada efisiensi birokrasi dengan memangkas eselon tapi justru menghidupkan wakil menteri," kata dia. 

"Memang ada beberapa kementerian yang memang eskalasi cakupannya sangat luas butuh wakil menteri, tapi kalau semuanya ada wakil kemudian di sisi lain ada pemangkasan eselonisasi birokrasi, ya enggak lucu juga," ucap Enny.

Hal senada disampaikan Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris.

Ia juga menganggap, jika Jokowi berupaya memperbanyak posisi wakil menteri hanya demi mengakomodasi kepentingan partai-partai, akan tidak konsisten dengan upaya Jokowi memangkas birokrasi.

"Jadi tidak pada tempatnya di satu pihak eselon birokrasi itu dipangkas, tetapi saat yang lain jabatan wakil menteri diperbanyak. Mudah-mudahan itu hanya isu saja dan tidak terjadi di periode kedua Pak Jokowi," kata dia.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Struktur Eselon Dipangkas, Proses Audit Pun Perlu Disederhanakan

Presiden Joko Widodo sebelumnya menilai, keberadaan eselon I-IV di kementerian dan lembaga terlalu banyak. Jokowi ingin agar struktur eselonisasi ini disederhanakan.

Hal ini disampaikan Jokowi dalam pidatonya usai dilantik sebagai Presiden RI 2019-2024, Minggu (20/10/2019).

"Eselon I, eselon II, eselon III, eselon IV, apa tidak kebanyakan? Saya minta untuk disederhanakan menjadi 2 level saja, diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian, menghargai kompetensi," kata Jokowi.

Jokowi menyebut, penyederhanaan birokrasi harus terus dilakukan besar-besaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com