JAKARTA, KOMPAS.com - Orang tua yang berada di Kampung Apung harus menjaga baik-baik anak balita mereka saat bermain di sekitar rumah. Sebab, menurut Rudi, Ketua RT 010/RW001 di Kampung Apung, di sana terjadi periswita yang merenggut nyawa dua balita pada tahun 2011.
"Di sini sudah memakan korban yakni anak balita dua orang yang kecemplung ke kolam," ucap Rudi di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (17/10/2019)
Rudi yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua RT mencoba mengingat kembali kejadian yang menimpa balita.
Walau sedikit lupa, Rudi mencoba menceritakan kronologis saat korban kecemplung kolam.
Saat itu, korban yang masih balita keluar bermain bersama teman-temannya menjelang siang hari.
Baca juga: Rumah Terendam Permanen, Beberapa Warga Hengkang dari Kampung Apung
Ketika bermain, korban luput dari pengawasan, sehingga orang tua tidak tahu apa yang anak itu lakukan.
Menjelang siang ke sore, orang tua korban menyadari anaknya belum pulang bermain dan mencarinya.
"Waktu itu satu kampung tuh ikut mencari. Warga pada muterin dari jam 1 siang sampai jam 4 sore, eh ketemunya anaknya sudah ngambang di kolam dekat rumah itu kejadian tahun 2011 itu," kata Rudi.
Belajar dari peristiwa tersebut, warga Kampung Apung bergotong-royong membuat pembatas antara jalan beton dengan kolam.
Baca juga: Kisah Kampung Apung yang Dahulu Rimbun Penuh Pohon, Kebun, dan Empang...
Mereka membuat pagar menggunakan kayu dan bambu sebagai penghalau agar anak-anak saat bermain tidak tercemplung ke kolam.
Ada juga yang menjejerkan tanaman dalam pot hingga rapat serta menutup bagian-bagian terbuka lainnya dengan papan.
Selain membuat pagar, setiap warga yang memiliki anak balita juga diimbau agar selalu menjaga aktivitas sang anak.
Sehingga, kejadian tercemplungnya anak balita tidak terulang kembali di Kampung Apung.
Adapun Kampung Apung dulunya bernama Kampung Teko yang terletak di Cengkareng, Jakarta Barat. Kampung ini dulunya perumahan warga pada umumnya. Namun pada tahun 1990-an, banjir besar menerpa perumahan ini.
Air pun menggenangi rumah warga. Butuh waktu berbulan-bulan menyedot air yang terjebak di perumahan ini. Peristiwa banjir terus berulang hingga air yang terjebak di perumahan kian tinggi.
Akhirnya, warga berinisiatif meninggikan rumah mereka. Lantai bawah tak lagi digunakan karena sudah terendam banjir. Sementara lantai atas dijadikan tempat tinggal.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.