Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Negara Harus Hadir dan Ubah Pola Destruktif Penggunaan Medsos

Kompas.com - 03/10/2019, 18:21 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menilai negara perlu hadir untuk mengubah pola penggunaan media sosial yang bersifat destruktif.

Hal itu guna memastikan stabilitas negara tak terganggu karena media sosial.

Menurut Connie kekisruhan yang terjadi belakangan ini juga terjadi karena banyaknya narasi di media sosial yang memicu konflik.

"Negara harus hadir dan mengubah pola destruktif penggunaan medsos. Yang mesti kita pikir itu antisipasi, gitu loh," kata Connie dalam diskusi bertajuk Muara Unjuk Rasa, NKRI Mau Dibawa Kemana? di Balai Sarwono, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Baca juga: Polisi Amankan 7 Orang Terkait WAG STM yang Viral di Medsos

Meski demikian, kata dia, pendekatan yang digunakan tak sekadar pragmatis seperti memutus atau membatasi akses internet dan media sosial.

"Negara ini kan enggak serta-merta oh ada ribut di situ, matiin internetnya, oh ribut di sini matiin di sini, enggak bisa. Harus ada strategi dan kebijakan yang holistik," katanya.

Ia menilai, peran strategis untuk memertahankan Indonesia dari gejolak ada di tangan TNI dan Kementerian Pertahanan. Ia berharap kedua institusi itu bisa lebih serius menghadapi berbagai jenis ancaman di era informasi.

"Kemenhan dan TNI itu harus lebih serius memikirkan perlindungan, pengendalian teknologi dan bagaimana anggarannya untuk mengantisipasi hal semacam itu," katanya.

"TNI harus punya kemampuan urgensi tentang psychological warfare, psychological operation, information warfare, information operation, influence attitude, strategic influence dan perception management. Kemhan juga harus kembangkan itu ke depan," sambungnya.

Di lain sisi, pemerintah harusnya mampu memetakan isu dan opini publik yang sedang berkembang serta menyusun strategi akurat.

Medsos bisa dijadikan senjata bagi pihak tertentu untuk mengganggu stabilitas negara dengan mengguncang pikiran dan perasaan masyarakat. Apalagi medsos dibanjiri dengan disinformasi, hoaks dan bentuk propaganda lainnya.

Baca juga: Fakta 2 Polisi yang Tangkap Mahasiswa di Masjid, Dipenjara 14 Hari hingga Viral di Medsos

"Yang kita hadapi sekarang itu perang memenangkan perasaan, pikiran, pokoknya perasaan dan pikiran kita itu bisa diganggu. Emosi kita dimainkan, maka itu mengubah perspektif kita. Makanya negara-negara itu banyak berinvestasi gimana caranya keamanan teknologi informasi, dunia siber, itu diutamakan," katanya.

"Perang yang terjadi menurut saya adalah di tangan Anda semua, gadget, medsos. Jadi bukan senjata arsenal mematikan dan mengerikan seperti di Irak, Afghanistan, bukan dengan drone, tapi yang sedang Anda pegang semua, senjatanya itu," ungkap Connie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

Nasional
Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta 'Reimburse' Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta "Reimburse" Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

Nasional
KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

Nasional
Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Nasional
Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Nasional
Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Nasional
KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

Nasional
Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Nasional
Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Nasional
Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

Nasional
Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

Nasional
Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

Nasional
Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

Nasional
Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com