Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Faktor Ini Diduga Jadi Alasan Mengapa Demonstrasi Terus Berlanjut

Kompas.com - 01/10/2019, 11:28 WIB
Christoforus Ristianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Analis Sosial Politik Centre for Social Politic, Economic, and Law Studies (Cespels) Ubedilah Badrun menilai, demonstrasi mahasiswa dan pelajar yang meluas ke berbagai daerah disebabkan oleh beragam faktor.

Menurutnya, faktor pertama adalah kekecewaan mahasiswa dan masyarakat pada kinerja elite politik yang buruk dan terjadi secara berulang-ulang.

"Kekecewaan mahasiswa dan masyarakat itu misalnya terhadap praktik korupsi yang terus menerus dilakukan elite politik. Bagaimana rakyat tidak kecewa, datanya di KPK dan ICW menyebutkan 61 persen lebih kasus korupsi dilakukan elite politik," papar Ubedilah kepada Kompas.com, Selasa (1/10/2019).

Baca juga: KSPI Gelar Demo Buruh di Depan Gedung DPR Besok

Faktor kedua, lanjutnya, yakni cara-cara aparat penegak hukum dalam menangani berbagai problem di daerah kerap menggunakan cara non-persuasif. Tak pelak, hal itu membuat emosi rakyat di daerah mengalami ekskalasi.

Pengamat Politik UNJ Ubedilah Badrun menilai sumber penyakit yang diderita PAN ada di elite politiknya.KOMPAS.com/Deti Mega Purnamasari Pengamat Politik UNJ Ubedilah Badrun menilai sumber penyakit yang diderita PAN ada di elite politiknya.

Pengajar Universitas Negeri Jakarts (UNJ) ini menambahkan, aparat keamanan dan pemerintah acap tidak menggunakan cara persuasif dalam menangani ragam masalah, misalnya dalam menghadapi gelombang unjuk rasa.

"Aparat lebih menggunakan cara-cara tidak persuasif dibandingkan cara dialogis dan kultural. Seharusnya yang diutamakan dilakukan aparat negara adalah cara-cara dialogis dan kultural dalam menghadapi rakyat, termasuk cara menghadapi demonstran, misalnya dengan memberikan ruang mahasiswa berdialog," paparnya kemudian.

Baca juga: Selasa Siang, Mahasiswa Akan Kembali Demo di Depan Gedung DPR

Faktor ketiga, seperti diungkapkan Ubedilah, yakni elite politik yang nampak mementingkan kepentingan kelompok oligarki politik dibandingkan kepentingan rakyat.

Menurutnya, hal itu tercermin dari rancangan undang-undang yang bermasalah, seperti UU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang telah disahkan dinilai melemahkan KPK di sejumlah pasal, misalnya terkait izin penyadapan dari dewan pengawas.

"Faktanya, UU KPK, RKUHP, RUU Ketenagakerjaan membenarkan itu. Watak elite politik yang mementingkan kelompoknya membuat kekecewaan semakin akumulatif," imbuhnya.

Kompas TV Terkait adanya berbagai aksi unjuk rasa saat ini Presiden Joko Widodo mempersilakan mahasiswa maupun pihak lain yang ingin menggelar demo. Presiden Joko Widodo memberikan kebebasan bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa. Namun Presiden Jokowi mengimbau agar unjuk rasa berlangsung dengan tertib dan meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah mendengar aspirasi dari para peserta unjuk rasa. #PresidenJokoWidodo #DemoMahasiswa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com