JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD mengatakan, persoalan rasisme terhadap mahasiswa Papua hingga memicu kerusuhan di Papua dan Papua Barat karena orang Papua merasa dibuat menjadi warga kelas dua.
Tidak hanya itu, bahkan Mahfud menilai bahwa orang Papua merasa diperlakukan lebih rendah.
"Secara sosiologis juga kita harus mengakui mereka di berbagai kota selalu dianggap eksklusif, kelas dua, dihindari sehingga mereka juga tidak nyaman," ujar Mahfud di Jakarta, Jumat (22/8/2019).
Selain persoalan rasisme, masalah lainnya yang juga dihadapi orang Papua adalah masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, dan beberapa hal lainnya.
Baca juga: Franz Magnis: Jangan Kira Papua Sama dengan Timor Timur
Menurut Mahfud, pemerintah secara resmi sudah melakukan langkah-langkah untuk mengurangi kesenjangan itu.
Namun, Mahfud menilai pelaksanaannya masih jauh dari harapan.
"Pemerintah harus mengontrol program-program dan kebijakannya agar terimplementasi. Kadang kepotong di bawah saja, padahal kebijakan sudah jelas untuk Papua bagian dari kita dan harus dijaga," ucap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.
Ia mengatakan, pemerintah harus menjaga keadilan sosial di Papua agar tidak ada kesenjangan.
Baca juga: Mahfud MD: Rasisme Sangat Berbahaya
Menurut dia, banyak hal yang sudah terungkap dan didiskusikan terkait Papua. Namun, hal terpenting adalah menjaga persaudaraan.
"Terutama bagaimana untuk jangan sampai rasis ya, karena rasis itu berbahaya bagi persatuan karena menghina kemanusiaan. Kuncinya itu adalah dignity, martabat warga Papua," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.