Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud MD: Rasisme Sangat Berbahaya

Kompas.com - 23/08/2019, 16:28 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD menegaskan bahwa tindakan rasisme merupakan sesuatu yang sangat berbahaya.

Hal tersebut disampaikan Mahfud berkaitan dengan peristiwa di Papua dan Papua Barat pada Senin (19/8/2019) yang pecah akibat tindakan tersebut terjadi di Surabaya dan Malang, Jawa Timur kepada sejumlah mahasiswa Papua.

"Rasis itu sangat berbahaya. Di dunia internasional sudah sangat ditekankan. Di Indonesia kita punya banyak ras, punya 1.300 suku, bahasa daerah dan lainnya," ujar Mahfud dalam konferensi pers tentang Papua di Hotel Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2019).

Baca juga: Wiranto: Pelaku Rasis Oknum, Jangan Generalisasi Suku

"Mari bersatu dan anggap itu sebagai perekat dalam kebhinnekaan kita," sambungnya.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini juga mencontohkan salah satu sikap dunia internasional yang mengutuk tindakan rasisme.

Pemain sepak bola yang akan diberi kartu merah oleh wasit jika yang bersangkutan melakukan aksi rasisme kepada pemain lain.

Namun berkaitan dengan masalah Papua, ia mengatakan, langkah paling tepat yang harus diambil saat ini adalah berdamai terlebih dahulu.

Baca juga: Mahasiswa Papua di Jakarta Minta Jokowi Pastikan Proses Hukum Pelaku Tindakan Rasis

Dari segi aspek kedaulatan, kata dia, Papua adalah bagian dari NKRI sehingga diharapkan tidak ada pikiran untuk memprovokasi tentang Papua pisah dari Indonesia dan sebagainya.

"Karena tidak ada jalan untuk itu (pisah dari Indonesia). Kami tetap menyerukan, pemerintah dan rakyat Indonesia bahwa Papua dan seluruh rakyatnya seluruh budaya dan bahasanya adalah bagian dari NKRI," tegas dia.

Mahfud juga mengaku sangat kaget dan cemas tentang apa yang terjadi di Papua beberapa waktu lalu.

Padahal, menurut dia masalah tersebut timbul dari hal yang tampak sepele tetapi berkembang menjadi serius.

Baca juga: Wagub Papua Barat: Oknum Berkata Rasis Tidak Merepresentasikan Negara

"Sehingga eskalasi tindak kekerasan berkembang meski kecil-kecilan seperti efek domino. Itu mencemaskan kita," kata dia.

Ia mengatakan, penyebab pecahnya kerusuhan di Papua dan Papua Barat pada Senin (19/8/2019) lalu, tanpa disadari pelakunya sangat berbahaya.

Apalagi hal tersebut berupa sikap dan ucapan yang berbau rasisme terhadap warga Papua sehingga menimbulkan kemarahan.

"Sementara selama ini harus diakui ada beberapa hal yang tertutup dibalik karpet, sesuatu yang agak kurang bagus tentang pengelolaan Papua ini sehingga itu dijadikan kesempatan untuk membuat suasana menjadi panas," pungkas dia.

Kompas TV Pasca-kerusuhan di Papua, Presiden Joko Widodo memerintahkan polri untuk mengusut tuntas pelaku rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. Presiden juga akan mengundang tokoh-tokoh Papua ke istana pekan depan. #PresidenJokoWidodo #MahasiswaPapua #Rasisme
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com