JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho menyatakan, pada dasarnya pemerintah bukan mengusulkan warga negara asing (WNA) untuk menjadi rektor di perguruan tinggi negeri.
Yanuar mengatakan, yang dimaksud pemerintah ialah agar perguruan tinggi di Indonesia dipimpin rektor berkualitas internasional.
"Sebenarnya persoalannya bukan antara orang asing atau orang kita yang sawo matang ini, bukan. Tapi rektor dengan kualitas dan kualifikasi internasional," ujar Yanuar saat ditemui di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Baca juga: Indonesia Perlu Rektor Asing, Sekjen Kemenristekdikti Ungkap Alasannya
"Saya tutup debatnya, kualifikasi internasional. Sudah saatnya Indonesia, ini negara besar punya kampus-kampus bagus, ya memang harus masuk tahap internasional siapapun yang memimpin. Mau kulitnya putih atau kuning sawo matang sawo busuk terserah. Pokoknya kualifikasi internasional, dan itu harus diatur nanti," lanjut Yanuar.
Ia menambahkan, nantinya bisa saja WNI yang memiliki kualitas dan kualifikasi sebagai rektor berkelas internasional mendaftarkan diri untuk memimpin kampus yang akan menjadi percontohan dalam program pembangunan perguruan tinggi bertaraf internasional.
Ia berharap rektor dengan kualitas internasional itu mampu membangun ekosistem kampus yang inovatif dan berjejaring ke perguruan-perguruan tinggi ternama di dunia. Dengan demikian mahasiswa memiliki akses belajar yang luas.
"Karena itu, hati-hati agar tidak terjebak wacana rektornya bule atau asing tidak asing. Bukan. Rektornya adalah rektor dengan kualifikasi internasional, juga para pengajarnya," lanjut dia.
Baca juga: Impor Rektor Asing, Jalan Pintas Salah Arah untuk Naikkan Mutu Universitas
Diberitakan, Kemenristekdikti merencanakan pada tahun 2020 sudah ada perguruan tinggi negeri (PTN) yang dipimpin rektor terbaik luar negeri dan tahun 2024 jumlahnya akan ditambah menjadi lima PTN.
"Kita baru mappingkan, mana yang paling siap, mana yang belum dan mana perguruan tinggi yang kita targetkan (rektornya) dari asing. Kalau banyaknya, dua sampai lima (perguruan tinggi dengan rektor luar negeri) sampai 2024. Tahun 2020 harus kita mulai," ungkap Menristekdikti Mohamad Nasir dilansir dari rilis resmi Kemenristekdikti (26/7/2019).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.