Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Koalisi Pragmatis, Perludem Sebut Pemilu Serentak Perlu Dipisah

Kompas.com - 04/07/2019, 06:28 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menilai, pemilu serentak nasional dan daerah perlu dipisah untuk mencegah terjadinya koalisi pragmatis.

Hal itu disampaikan Titi menanggapi sejumlah parpol pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang banting setir merapat ke koalisi Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Menurut Titi, pada pemilu serentak, semestinya koalisi parpol tidak berubah meskipun Pilpres telah usai. Hal itu bertujuan untuk menunjukkan adanya kesamaan pilihan parpol dengan capres dan cawapres yang diusung.

"Sistem pemilu kita itu harus diatur, jadi pemilu serentak nasional, pemilu serentak lokal. Jadi ketika misalnya jadwal itu tertata, mereka akhirnya mengambil langkah politik itu berhitung betul. Tidak oportunis. Karena kan mereka akan dievaluasi," ujar Titi saat dihubungi, Rabu (3/7/2019).

Baca juga: KPU Hadapi 250 Gugatan Hasil Pemilu Legislatif di MK

Ia menambahkan, dengan adanya pemilu serentak nasional dan daerah yang berjeda dua tahun, maka partai akan mempertimbangkan langkahnya untuk berkoalisi setelah pilpres.

Ia meyakini partai tak akan pragmatis dengan banting setir mendukung pasangan calon lawan usai Pilpres.

Jika partai-partai tersebut oportunis seperti sekarang, mereka berpotensi kehilangan pemilihnya pada pemilu serentak daerah yang meliputi pemilihan gubernur, wali kota, bupati, DPRD provinsi, dan DPRD kota atau kabupaten.

Baca juga: KPU Usul Pemilu Nasional dan Lokal, Ini Alasannya

Titi menilai jarak dua tahun sekali antara pemilu serentak nasional dan daerah mampu membangkitkan ingatan elektoral pemilih atas manuver partai yang dipilihnya di tingkat nasional.

"Jadi harusnya ingatan pemilih itu kan terus dipelihara dan bisa diaktualisasikan melalui evaluasi saat penyelenggaraan pemilu. Tapi kan kalau pemilunya dia menunggu lima tahun, kadang-kadang pemilih sendiri tidak mampu memelihara ingatan elektoralnya," ujar Titi.

"Oleh karena itu kami mengusulkan pemilu serentak nasional, dan pemilu serentak daerah agar bisa menjadi melakukan evaluasi terhadap langkah-langkah politik partai," lanjut dia.

Kompas TV Partai Berkarya menjadi partai paling banyak melayangkan gugatan sengketa pemilu legislatif 2019 ke Mahkamah Konstitusi. Bersama Berkarya ada 17 partai politik yang mendaftarkan gugatan sengketa Pileg ke MK. Kita lihat sebarannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com