PALU, KOMPAS.com – Saat tengah asyik mencari besi di lokasi likuefasi Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu Sulawesi Tengah, seorang pemulung menemukan bagian tubuh manusia yang tertimbun.
Temuan ini kemudian diteruskan kepada petugas penyelamatan. Salah satunya adalah Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Palu. Kemudian sejumlah petugas damkar pun menuju lokasi temuan jenazah tesebut.
Menurut Kepala seksi Rescue Damkar Moh. Rois, para petugas ini membantu mengeluarkan jenazah yang sudah tinggal tulang itu dengan alat seadanya.
“Tadi kita terima laporan jam 12 siang dan kita mulai proses evakuasi dengan alat manual pukul setengah dua. Alat berat nanti datang sekitar pukul 5 sore, makanya agak lambat tadi kita kerja,” kata Rois, Minggu (16/6/2019).
Baca juga: FOTO: Mengenang Mereka yang Meninggal dan Hilang di Lokasi Bencana Likuefaksi Palu
Proses evakuasi terhadap sejumlah jenazah itu berada di belakang sekolah Islam di Jalan Dewi Sartika.
Saat ini ada lima jenazah yang berhasil dikeluarkan dari timbunan tanah yang mengeras akibat fenomena likuefaksi.
Lima jasad tersebut adalah dua orang jasad dewasa, dua jasad bayi, dan satu jasad dewasa tidak utuh. Direncanakan proses penggalian akan kembali di lanjutkan Senin (17/6/2019) pagi.
Baca juga: Kampung Hilang saat Likuefaksi, KPU Palu Berlakukan TPS Khusus untuk Wilayah Ini
“Tadi proses evakuasi berakhir pukul 19.30 Wita, ini sebenarnya sudah melewati waktu yang sudah ditentukan. Poses penggalian akan kami lanjutkan lagi esok hari. Masih ada tiga batok kepala dewasa yang akan kita keluarkan,” ungkapnya.
Salah satu keluarga korban likuefaksi, Sulaeman Mian (40), mengaku bahwa sejumlah jasad yang ditemukan adalah keluarganya. Dari pengakuannya, ia mengenali salah satu korban dari pakaian yang dikenakan.
Sulaeman kepada KOMPAS.com mengaku tadi saat berada di kantor ia menerima telpon dari mertuanya di kampung. Informasi itu berkaitan dengan adanya temuan jenazah di lokasi Petobo.
Baca juga: Wilayah Terdampak Likuefaksi di Sulteng Disemprot Disinfektan
Sulaeman kemudian mendatangi lokasi yang dimaksud tepatnya di belakang sekolah Islam di jalan Dewi Sartika tersebut.
Saat tiba di lokasi, raut wajah sedih terlihat diwajahnya. Ia mengenali jenazah yang sudah tinggal tulang itu dari handphone, cincin, dan baju yang dipakai.
Termasuk meyakini tulang belulang berukuran kecil adalah salah satu anak kembarnya yang baru berusia 9 bulan.
Baca juga: Kisah Korban Likuefaksi: Ramna Dimuntahkan Bumi dan Ibunya yang Terimpit Beton
“Saya yakin itu mertua saya. Saya memastikannya dari rekaman CCTV yang terpasang di rumah. Di mana mertua saya tengah menggendong kelur rumah salah satu anak kembar saya saat gempa terjadi. Dan sampai di depan pagar CCTV itu mati bertepatan dengan semua lampu padam. Saya mengenalinya dari pakaian yang dikenakan mertua saya,” jelas Sulaeman, Minggu (16/6/2019).
Menurut Suleman saat fenomena likuefaksi terjadi, ia kehilangan 8 orang keluarganya. Di antaranya adalah nenek, mertua, ipar, om dan dua anak kembarnya. Sementara istrinya meninggal sebelum terjadi gempa, ketika melahirkan dua anak kembarnya.