Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Independen Kemenkes akan Otopsi Verbal Petugas KPPS yang Meninggal

Kompas.com - 14/05/2019, 13:33 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan membentuk tim independen untuk mengotopsi petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia di luar rumah sakit.

Demikian diungkapkan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek dalam konferensi pers di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (14/5/2019).

"Akan ada tim independen yang terdiri dari Kemenkes, Asosiasi Ilmu Pendidikan Dokter yang leading sector-nya Fakultas Kedokteran UI. Akan melakukan otopsi verbal. Ini otopsi verbal ya, bukan otopsi forensik," ujar Nila.

Baca juga: Wapres Yakin Penyebab Meninggalnya Petugas KPPS Murni Kelelahan

Otopsi verbal ini artinya petugas medis mengumpulkan informasi penyebab kematian dari keluarga atau orang sekitar.

Petugas medis ingin melihat gejala korban dengan menggali keterangan dari orang-orang yang sering berinteraksi dengan korban.

Menteri Kesehatan RI, Nila F MoeloekKOMPAS.com/AMBARANIE NADIA Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek

 

Dengan demikian, petugas medis akan mendapatkan kesimpulan mengenai apa penyebab kematian.

Baca juga: IDI: Kelelahan Bukan Penyebab Utama Kematian Mendadak Petugas KPPS

"Ini betul-betul mengikuti metodologi ilmiah. Diagnosis otopsi verbal ini ketepatannya 80 persen tepat," ujar Nila.

Otopsi verbal ini dilakukan sekaligus demi meredam isu liar yang berkembang di publik mengenai banyak meninggalnya petugas KPPS.

Nila menambahkan, otopsi verbal ini akan sekaligus menggali seperti apa beban kerja bagi petugas KPPS yang meninggal dunia.

Baca juga: Angka Kematian Petugas KPPS Tinggi, Kemenkes Adakan Otopsi Verbal

Petugas kemudian akan menganalisisnya sehingga akan keluar rekomendasi kepada pemerintah apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir korban jiwa petugas KPPS.

"Jadi, faktor risiko pekerjaan ini bisa kita lihat dan beban kerja, disebabkan oleh lamanya, lingkungan yang nanti ke depannya bisa kita jadikan perbaikan bagaimana yang sebaiknya kita lakukan untuk petugas Pemilu," ujar Nila.

Kompas TV Sejauh ini, Kementerian Kesehatan telah merampungkan penyelidikan penyebab kematian 400-an petugas penyelenggara pemilu di 17 provinsi. Sisa provinsi lainnya akan rampung sebelum 22 Mei 2019. Dari penyelidikan, Kementerian Kesehatan menemukan sejumlah penyakit penyebab meninggalnya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), mulai dari gagal jantung hingga stroke. Data ini dikumpulkan dari tiap-tiap Dinas Kesehatan daerah, lokasi para petugas KPPS yang meninggal di Pemilu 2019. #KPPSSakit #KPPSMeninggal #PemiluSerentak

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com