Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hoaks Sepekan, Jokowi Diteriaki "Tukang Bohong" hingga Sekjen PBB Beri Selamat ke Prabowo

Kompas.com - 27/04/2019, 15:24 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Maraknya kabar bohong, hoaks, disinformasi, dan misinformasi hingga kini masih ditemukan di sejumlah media sosial dan juga aplikasi pesan WhatsApp.

Penyebaran ini mengakibatkan masyarakat resah, karena informasi yang belum jelas kebenarannya itu bisa merugikan beberapa pihak yang tidak selektif dalam memilih dan memilah informasi yang diterima.

Oleh karena itu, masyarakat diimbau agar selektif dan jeli dalam menyaring informasi dan kabar yang beredar di media sosial agar tidak termakan informasi palsu.

Dalam pekan ini, Kompas.com telah merangkum tiga hoaks dan tiga klarifikasi yang muncul pada 22-27 April 2019. Berikut rinciannya:

Jokowi Diteriaki "Tukang Bohong"

Pada pekan ini, sebuah video digital dengan logo Kompas TV yang menampilkan Presiden Joko Widodo di Grand Indonesia (GI) diedit untuk mendeskritkan Jokowi pada Sabtu (21/4/2019).

Dalam video terdengar pengunjung GI meneriakkan kata-kata "tukang bohong.. tukang bohong.." ke Jokowi yang tengah melintas.

Lantas, video ini menjadi viral di media sosial.

Menanggapi hal tersebut, Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi memastikan video yang beredar di media sosial merupakan hasil editan dari pihak yang tidak bertanggung jawab.

"Video yang beredar dengan teriakan itu hasil editan pihak tertentu yang mengambil video digital Kompas TV," ujar Rosiana saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (21/4/2019).

Sementara, dalam video asli milik Kompas TV, para pengunjung terdengar riuh meneriakkan "presiden, presiden, presiden" kepada Jokowi.

Saat itu, Jokowi diketahui akan menemui Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir, dan Direktur Kreatif Asian Games 2018, Wishnutama Kusbandio.

Baca juga: [HOAKS] Jokowi Diteriaki Tukang Bohong di Grand Indonesia

Mobil Berstiker KPU Bawa Formulir C1 untuk Dimodifikasi

Mobil boks berstiker KPU yang viral di media sosial tengah terparkir di depan pabrik percetakan Digital Print, Condet, Jakarta Timur, Senin (22/4/2019).KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D Mobil boks berstiker KPU yang viral di media sosial tengah terparkir di depan pabrik percetakan Digital Print, Condet, Jakarta Timur, Senin (22/4/2019).
Ada juga video yang menampilkan mobil boks berstiker Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diparkir di depan kios digital printing yang tidak jauh dari kotak suara dikumpulkan, Senin (22/4/2019).

Diduga mobil boks tersebut berisi formulir C1 yang hendak dimodifikasi dan juga oknum KPU melakukan kecurangan dengan mendukung salah satu pasangan calon.

Atas dugaan adanya kecurangan itu, Ketua KPU Jakarta Timur, Wage Wardhana menyampaikan bahwa mobil boks itu bukan milik KPU.

Ia menyampaikan bahwa mobil boks tersebut milik kantor percetakan atau digital print tempat mobil diparkir.

"Ternyata faktanya itu mobil digital print pengangkut logistik dan memang faktanya digital print ini banyak menerima order dari KPU berbagai daerah," ujar Wage saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (22/4/2019).

Kemudian, Wage juga memastikan tidak ada surat suara yang terangkut dalam mobil boks.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Mobil Boks Berstiker KPU Diduga Bawa Formulir C1 untuk Dimodifikasi

Video Pencurian Formulir C1

Pada Senin, (22/4/2019) beredar video yang menyebutkan adanya pencurian formulir C1 di Medan yang beredar di media sosial.

Dalam video, terlihat massa memenuhi lokasi rekapitulasi suara di Yayasan Pendidikan Kebangsaan Sumatera Utara, Jalan Mentengraya, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medandenai, Kota Medan.

Menilai hal itu, Ketua KPU Kota Medan Agussyah Ramadani mengatakan bahwa terjadi kesalahpahaman di masyarakat mengenai kejadian dalam video.

"Ada kesalahpahaman dan ketidaktahuan masyarakat yang membuat ricuh suasana. Petugas PPK dan PPS malah dituding mencuri salinan C1. Itu bukan pencurian, mereka petugas kami yang malam itu sedang bertugas melaksanakan proses rekapitulasi di tingkat kecamatan," ujar Agussyah Ramadani kepada Kompas.com, Rabu (24/4/2019).

Agussyah menyampaikan bahwa terdapat dua jenis formulir C1, yakni C1 hologram yang dimasukkan dalam kotak bersegel dan C1 plano (catatan hasil penghitungan suara) yang dapat dimiliki siapapun.

Disebutkan, formulir C1 plano yang dibawa petugas untuk difotokopi dan diberikan kepada saksi, yakni panitia pengawas pemilu (Panwaslu), dan PPS untuk selanjutnya diumumkan di tingkat kelurahan.

Salinan tersebut digunakan dalam proses Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) agar masyarakat dapat mengetahui hasil penghitungan suara di TPS.

Sementara, Komisioner Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Medan, Payung Harahap mengataka bahwa kejadian ini tengah diproses oleh Bawaslu.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Penjelasan KPU Medan soal Video Kabar Pencurian Formulir C1

Siswa Tendang Guru hingga Patah Tulang

Seorang siswa SD Balongsari I, Surabaya, dikabarkan menendang tangan gurunya yang mngakibatkan patah tulang. Informasi tersebut beredar di media sosial dalam bentuk video berdurasi 60 detik.

Dalam video, terdengar percakapan bahwa seorang siswa telah melakukan kesalahan dan guru itu ingin dia memanggil orangtuanya.

Akan tetapi, siswa tersebut keberatan dan ingin menyelesaikan masalahnya sendiri.

Mengetahui jawaban sang murid, guru itu kemudian menyebut sudah tidak akan mengurus kasus siswa tersebut karena yang bersangkutan susah diurus.

Humas Pemkot Surabaya, Mohammad Fikser menyampaikan bahwa kejadian ini diketahui terjadi di SD Negeri 1 Balongsari, Surabaya pada peringatan Hari Kartini pada 18 April 2019.

Saat itu, ia tidak menuruti perintah sekolah untuk mengenakan pakaian khas Kartini-Kartono, namun murid itu justru mengenakan pakaian ala preman, lengkap dengan celana sobek-sobek dan tali rantai.

Akhirnya ia terlibat keributan dengan gurunya dan tiadk sengaja menendang tubuh sang kepada sekolah.

"Saat terjatuh, tangan kepada sekolah menahan tubuh hingga patah," ujar Fikser saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (24/4/2019).

Dilansir dari akun Instagram Dispendik Surabaya mengatakan bahwa video yang beredar luas itu tidak ada hubungannya dengan insiden patah tangan yang dialami kepala sekolah. Dua hal itu merupakan kejadian yang berbeda.

"Di video viral tersebut, siswa memang melakukan pelanggaran dan meminta agar tidak dipanggil orangtuanya. Kejadian ini sekitar sebulan sebelum insiden patah tangan kepala sekolah," demikian klarifikasi Dispendik Surabaya.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Siswa Tendang Guru hingga Patah Tulang di Surabaya

Pemungutan Suara Ulang di Solo

Selain itu, beredar di aplikasi pesan WhatsApp sebuah selebaran yang menginformasikan akan kembali dilaksanakannya pemungutan suara di salah satu TPS di Kelurahan Banyuanyar, Banjarsari, Solo.

Dalam selebaran itu, adanya pelaksanaan pemungutan suara pada Rabu, 26 April 2019. pukul 07.00-13.00 di TPS 14 di rumah Bapak Y Legimin RT 06 RW 07, Banyuanyar.

Menanggapi hal itu, Ketua KPU Solo, Nurul Sutarti menyampaikan bahwa kabar tersebut tidak benar alias hoaks.

"Itu hoaks. Tidak ada (pemungutan suara ulang) di Banyuanyar. Itupun (dalam pengumuman) tanggalnya keliru, hari Rabu tanggal 26 April 2019 itu jatuh di hari Jumat," ujar Nurul saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (26/4/2019).

KPU Solo mengetahui kabar bohong mengenai pemungutan suara ulang dari laporan masyarakat yang mengonfirmasi kabar tersebut.

Baca juga: [HOAKS] Pemungutan Suara Ulang di Solo

Sekjen PBB Beri Selamat atas Kemenangan Prabowo

Selanjutnya, sebuah artikel bohong berjudul "Sekjen PBB Ucapkan Selamat pada Prabowo atas Terpilihnya menjadi Presiden RI" yang mengatasnamakan Antara beredar di media sosial pada Jumat (26/4/2019).

Dalam artikel bohong, berisi kabar bahwa Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB memberikan ucapan selamat kepada calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto yang seakan-akan tayang pada Minggu (21/4/2019).

Disebutkan juga bahwa Sekjen PBB, Pedro Coelho menyampaikan ucapan selamat dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicaranya.

Kemudian, disebutkan juga bahwa Prabowo mendapatkan 62 persen dari seluruh perolehan suara.

Menilai hal itu, Direktur Utama Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, Meidyatama Suryodiningrat menegaskan bahwa artikel yang mengatasnamakan Antara adalah hoaks.

"Artikel itu hoaks. Artikel lama yang asli (dibuat oleh) Antara diganti nama, dan lainnya," ujar Meidyatama kepada Kompas.com, Sabtu (27/4/2019).

Selain itu, Meidyatama juga menyampaikan bahwa pembuat hoaks telah mengganti judul artikel asli dan juga sejumlah nama tokoh, tanggal, dan negara dari artikel asli yang ditulis Antara.

Diketahui, berita aslinya berjudul: "Sekjen PBB ucapkan Selamat kepada Presiden Terpilih Iran" yang ditayangkan pada Minggu, 16 Juni 2013.

Baca juga: [HOAKS] Antara Beritakan Sekjen PBB Beri Selamat atas Kemenangan Prabowo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com