Dana diguyurkan untuk mendukung perekonomian dan pembangunan di Indonesia.
Pada awal 1960, Soekarno mengundang delegasi Pemerintah Uni Soviet untuk berkunjung ke Indonesia.
Khrushchev mengaku sangat senang dan langsung menerima undangan tersebut.
Kedekatan ini sempat menimbulkan persepsi bahwa Pemerintahan Indonesia saat itu condong ke kiri.
KRI Irian 201
Pada sektor pertahanan, Soviet juga membantu Indonesia dengan proyek Cruiser 68-bis "Ordzhonikidze" yang dinamakan sebagai KRI Irian 201.
Kapal ini menjadi kapal perang Soviet yang pertama dalam sejarah pasca-peperangan yang dialihkan kepada negara asing.
Ada sejumlah cerita unik di balik proyek 68-bis. Untuk pertama kalinya, insinyur Soviet menggunakan teknologi pengelasan pada lambung kapal dan pengelasan satuan badan kapal yang berbobot 100–150 ton.
Baca juga: 8 Pesawat Terhebat yang Pernah Diciptakan Rusia Sejak Era Uni Soviet
Berbeda dengan kapal negara lainnya, kapal perang ini mengangkut meriam kaliber kecil, yaitu meriam kaliber 150 mm sebagai pengganti kaliber 203 mm yang diimbangi dengan performa yang baik.
Kapal ini mengangkut 12 meriam utama kaliber 152 mm, 12 meriam kaliber 100 milimeter, dan 32 meriam kaliber 37 milimeter.
Selain itu, kapal ini mampu mengangkut hasil tambang dan membawa dua set torpedo tabung kaliber 533 milimeter.
Kapal ini juga menjadi saksi bisu runtuhnya hubungan Soviet dan Indonesia.
Gelora Bung Karno
Soviet juga sepakat untuk membantu penyediaan sejumlah peralatan dan memberikan pinjaman untuk penambangan timah dan barang tambang berharga.
Soekarno bahkan meminta agar Uni Soviet membantu pembangunan stadion di Jakarta untuk menunjang perhelatan Asian Games ke-IV pada 1962.