Sedikit sama, A Quiet Place menceritakan tentang keluarga Abbott. Sang ayah bernama Lee (John Krasinski), ibu bernama Evelyn (Emily Blunt), anak perempuan bernama Regan (Millicent Simmonds), dan anak lelaki bernama Marcus (Noah Jupe).
Mereka harus bertahan hidup dari serangan makhluk misterius yang sangat sensitif terhadap suara. Makhluk itu akan datang dan membunuh manusia jika terdengar suara berisik, bahkan sekadar obrolan.
Mereka dapat bertahan hidup dengan berkomunikasi melalui bahasa isyarat, yang telah dikuasai karena Regan memang tak bisa berbicara.
Namun, trauma dan penyesalan membayangi kehidupan mereka setelah kehilangan anak bungsu, adik bagi Regan dan Marcus, yang bernama Beau (Cade Woodward). Makhluk itu menyerang dan membunuh Beau dalam adegan pembuka yang menegangkan.
Bird Box dan A Quiet Place tak cuma sukses secara komersial, dua film ini juga mendapat apresiasi yang baik dari kritikus film.
Secara khusus, pujian diberikan kepada A Quiet Place yang menggambarkan ketegangan layaknya film horor, jalinan cerita yang bikin penasaran seperti thriller, hingga kesedihan dan kehangatan yang umumnya ada dalam film keluarga.
Kritikus juga memaknai dua film ini dari sisi perjuangan orangtua dalam membesarkan anak. Sungguh memang maha sulit untuk menerapkan prinsip parenting secara benar kepada anak selagi bertahan hidup.
Sebuah film bisa saja menggambarkan cerita yang sederhana. Namun, mengutip sastrawan Pramoedya Ananta Toer, hal yang sederhana tafsirnya bisa luar biasa. Pun untuk dua film ini.
Secara sederhana, Bird Box dan A Quiet Place mengisahkan cara manusia mempertahankan eksistensinya, tetapi harus dilakukan tanpa netra, tanpa suara.
Hal ini tentu tak mudah, sebab melihat dan berbicara merupakan insting dasar manusia. Saat Tuhan mengajarkan manusia "nama-nama", bisa jadi saat itu juga manusia mulai menerapkan nalurinya untuk berbicara, juga untuk menanggapi sesuatu yang dilihatnya.
Akan tetapi, agama mengajarkan manusia untuk berbuat baik. Penerapan berbuat baik itu tentunya dengan menjaga lisan, menjaga penglihatan, dan pendengaran.
Kebudayaan Jepang mengenal tiga monyet itu sebagai Mizaru (menutup mata), Kikazaru (menutup telinga), dan Iwazaru (menutup mulut). Relief ketiga monyet ini terpahat dalam kuil Nikko Toshogu di Nikko, yang berasal dari abad ke-17.
Dengan demikian, Bird Box terlihat menjadi representasi see no evil. Sedangkan, A Quiet Place menggambarkan speak no evil. Mungkin tak butuh lama hingga akhirnya Hollywood menghadirkan film bertema hear no evil.
Tak lama setelah menonton Bird Box, cobalah untuk menjelajahi dunia maya, terutama berbagai media sosial yang kita ikuti. Saat itu, kita akan melihat betapa "kacaunya" dunia.
Banyak orang yang seperti tak memiliki empati. Kabar bohong atau hoaks dengan mudahnya tersebar tanpa proses verifikasi. Fitnah pun dapat tersebar tanpa jelas arah.
Kondisi ini diperparah dengan polaritas masyarakat yang terbelah akibat pilihan politik, terutama sejak Pemilu Presiden 2014.
Anehnya, tingkah satu kubu seperti menjadi cermin yang juga dilakukan kubu pesaingnya. Misalnya, jika kubu A membawa isu politik agama, maka kubu B juga melakukannya.
Bahkan perang tagar menjijikkan juga terlihat di Twitter, dengan isu yang mempertanyakan kemampuan baca kitab suci para capres atau capres A atau B shalat Jumat di mana.
Sedangkan, tak pernah ada adu gagasan atau membedah visi dan misi secara substansi, yang bisa jadi memang tak dimiliki kedua kubu.