Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Perang" di Medsos Tanggapi Debat Pilpres Dinilai Bisa Ubah Perilaku Pemilih

Kompas.com - 11/01/2019, 16:22 WIB
Christoforus Ristianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah menilai tingkat perbincangan terkait Pilpres 2019 pasca debat perdana akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan pilihan pemilih terhadap kandidat tertentu.

Hal itu besar dipengaruhi karena masyarakat Indonesia kini sudah memasuki era digital demokrasi.

"Di era ini tentu pengaruh pasca debat bisa lebih tinggi daripada saat debat berlangsung. Hal itu juga ditentukan oleh kemampuan masing-masing tim pemenangan untuk mencari sisi positif kandidatnya sendiri dan sisi negatif dari lawannya," kata Ubedilah kepada Kompas.com, Jumat (11/1/2019).

Baca juga: Bagaimana Prabowo-Sandiaga Akan Soroti Isu Korupsi dalam Debat Pertama?

Fungsi pencarian sisi positif dan negatif tersebut, tutur Ubedilah, kemudian akan diviralkan oleh kedua tim pemenangan di media sosial. Hal tersebut kemudian akan menimbulkan "perang" konten media sosial yang merujuk pada hasil debat.

"Pasti banyak sisi positif dan negatif yang digali oleh kedua tim pemenangan sebagai peluru di media sosial," ujarnya.

Menurut dia, jika "perang" tersebut terjadi, maka kemudian intensitas publik dan pemilih akan menjadi ramai diperbincangkan di media sosial.

Baca juga: Persiapan Debat Perdana Pilpres Capai 98 Persen

Setali tiga uang, intensitas publik menggunakan media sosial juga akan berpengaruh terhadap perilaku pemilih yang belum menentukan pilihan.

"Itu pengaruhnya bisa sampai 20 persen dari seseorang yang belum menentukan pilihan sampai akhirnya menjatuhkan pilihanya," sambung Ubedilah.

Di sisi lain, hal itu juga menjadi pekerjaan rumah bagi kedua tim pemenangan. Sebab, "perang" di media sosial pasca debat sejatinya dilakukan secara cerdas dengan memberikan edukasi politik di media sosial.

Baca juga: KPU Sebut Debat Pilpres Bukan Bertujuan Timbulkan Kontroversi

 

Maka dari itu, ia berharap sisi yang akan muncul di media sosial adalah perdebatan tentang gagasan-gagasan dari kedua kandidat, bukan persoalan subjektif, seperti ekspresi, gestur, dan hal-hal personal dari kandidat lainnya.

Adapun debat perdana akan digelar pada 17 Januari 2019 dengan tema hukum, HAM, korupsi, dan terorisme.

Kompas TV Ketua KPU Arief Budiman menegaskan bahwa debat pertama Capres Cawapres, 17 Januari akan lebih terasa debatnya, dibandingkan debat Capres Cawapres di pemilu sebelumnya. Arief Budiman menyatakan, meski paslon Capres Cawapres akan tahu susunan pertanyaan, namun jalannya debat masih akan memiliki kejutan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com