Kompas.com mencoba mengonfirmasi kebenaran pemberitaan ini. Dokter Spesialis Mata, dr Ferdiriza Hamzah, SpM membantah infomasi itu.
Penjelasan mengenai hal ini disampaikan dr Ferdiriza melalui twitnya @ferdirizahamzah.
"Mega super duper gigantic humongous HOAX," tulis dr Ferdiriza dalam twitnya pada Senin (9 Juli 2018).
Baca juga: [HOAKS] Mata Merah karena Pembuluh Pecah akibat Sering Main Ponsel
Ia menjelaskan bahwa selaput mata memerah disebut sebagai subconjunctival bleeding dan tidak berbahaya sama sekali, karena setelah dua minggu darahnya akan terserap kembali.
Menurut dr Ferdiriza, kondisi ini terjadi karena beberapa hal, di antaranya menggosok mata dengan sangat kencang, ada kelainan darah, mengonsumsi pengencer darah, bisa pula disebabkan bersin atau batuk yang terlalu kencang.
"Faktor-faktor itulah yang menyebabkan pembuluh darah yang ada di balik selaput mata pecah dan mata menjadi merah," ujar dr Ferdiriza.
Menjelang akhir tahun 2018, muncul sejumlah pemberitaan mengenai terompet tahun baru yang menjadi potensi penyebaran virus HIV atau human immunodeficiency virus.
Penyebaran HIV yang menjadi penyebab penyakit acquired immune deficiency syndrome (AIDS) ini disebut beredar melalui tiup terompet karena air liur yang menyebar dari pembuat terompet hingga pengguna.
Informasi ini beredar di aplikasi pesan WhatsApp pada Jumat (14/12/2018) dan mengatasnamakan dr Boyke Dian Nugraha yang merupakan pakar terkait penyakit seksual.
Selain itu, muncul kekhawatiran dugaan penyakit lainnya, seperti kanker mulut, kanker lidah, kanker darah, dan hepatitis.
Pesan tersebut juga meminta kepada penerima untuk menyebarkan pesan.
Dokter dan Seksolog Indonesia, dr Boyke Dian Nugraha SpOG MARS menegaskan bahwa pesan itu termasuk hoaks.
"Pesan itu hoaks, sudah tersebar setiap kali mau tahun baru, sejak lima tahun lalu," ujar dr Boyke saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (14/12/2018).
Sementara, Kompas.com juga menelusuri kebenaran mengenai penularan HIV/AIDS yang diduga terjadi melalui air liur yang terdapat pada ujung terompet.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Universitas Indonesia (UI), Dr dr Evy Yunihastuti, SpPD, KAI mengungkapkan bahwa air liur yang disebutkan dalam pesan itu tidak bisa menularkan penyakit HIV/AIDS.