Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P Nilai Timses Jokowi-Ma'ruf Sibuk Komentari Hal Remeh Temeh

Kompas.com - 17/12/2018, 15:40 WIB
Jessi Carina,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi PDI-P Effendi Simbolon mengkritik cara Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin untuk menghadapi manuver lawan.

Menurut dia, TKN Jokowi-Ma'ruf terlalu sibuk mengomentari hal remeh temeh yang dilontarkan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Saya juga kadang-kadang lihat teman-teman timses nih terlalu remeh temeh dikomentari, terlalu cengeng," ujar Effendi di kompleks parlemen, Senin (17/12/2018).

Effendi merupakan politisi PDI-P yang tidak masuk dalam struktur TKN Jokowi-Ma'ruf.

Menurut Effendi, pemilu merupakan kompetisi terbuka. Semua cara bisa dilakukan oleh penantang dalam kontestasi Pemilihan Presiden.

Tim calon petahana tidak bisa mengatur cara lawan bermanuver. Tim petahana hanya bisa bersiap menangkis manuver tersebut dengan bukti nyata.

Baca juga: Menurut PARA Syndicate, Ini Penyebab Tren Elektabilitas Jokowi-Maruf Menurun

Sebagai petahana, kata Effendi, pasangan Jokowi-Ma'ruf memiliki kelebihan dalam hal hasil kinerja. Inilah yang seharusnya lebih didengungkan TKN Jokowi-Ma'ruf.

"Kita sebagai incumbent, juara bertahan, untuk menghadapi penantang kita harusnya sudah mempersiapkan secara matang. Jangan kita mengatur lawan, enggak perlu kita atur lawan kita. Kita yang harus mempersiapkan diri," kata dia.

"Mari kita beri pemahaman kepada rakyat yang punya kedaulatan memilih, bahwa ini loh program lanjutan kita, program yang sudah 4 tahun berjalan ini begini," tambah Effendi.

Analisis PARA Syndicate

Sebelumnya, PARA Syndicate merilis tren elektabilitas capres. Setelah menganalisis hasil survei 12 lembaga, Para menyimpulkan tren elektabilitas Jokowi-Ma'ruf menurun, sementara Prabowo-Sandiaga naik. 

Baca juga: PARA Syndicate: Tren Elektabilitas Jokowi-Maruf Menurun, Prabowo-Sandiaga Naik

Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo melihat, menurunnya tren elektabilitas Jokowi-Ma'ruf disebabkan retorika kampanye yang diperlihatkan Jokowi, Ma,ruf beserta tim suksesnya yang cenderung reaktif terhadap isu yang dilempar pesaingnya. 

"Dinamika kampanye cenderung reaktif dan responsif, dan nampak sekali bahwa timses, bahkan Pak Jokowi sendiri sempat hanyut pada genderang yang dimainkan lawan," ungkap Ari saat merilis hasil perhitungan tersebut di kantor PARA Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/12/2018).

Hal itu, kata dia, tercermin dari istilah politisi "sontoloyo" dan politik "genderuwo", yang sempat dilontarkan Jokowi.

Ari berpendapat, kesibukan menangkal isu dari lawannya membuat topik mengenai rencana pembangunan Indonesia lima tahun ke depan terabaikan. Program Nawacita II dinilai Ari belum digemakan.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap menurunnya tren elektabilitas adalah strategi kubu Jokowi-Ma'ruf yang disebutkan Ari bersifat monoton dan linear.

Kemudian, peran Ma'ruf sebagai cawapres belum signifikan untuk mendulang suara. Menurut Ari, pembagian peran untuk menarik suara belum terlihat.

Kesimpulan itu setelah PARA Syndicate menganalisis hasil survei 12 lembaga. 

Kompas TV Rencana posko pemenangan Prabowo-Sandiaga ke Jawa Tengah ditanggapi positif Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Menurutnya hal itu justru memperkuat kesolidan kader untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com