Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri: Tim Gabungan Telah Identifikasi "Pentolan" KKB di Nduga Papua

Kompas.com - 12/12/2018, 17:33 WIB
Reza Jurnaliston,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim gabungan TNI dan Polri telah melakukan pemetaan terhadap profil pelaku Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang melakukan pembantaian terhadap pekerja PT Istaka Karya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengungkapkan, hingga saat ini pelaku KKB di Papua belum ada yang ketangkap. Namun demikian, tim gabungan TNI-Polri telah mengidentifikasi “pentolan” kelompok KKB.

“Selain yang sudah di-publish di media, salah satu pelaku yang mengomandoi langsung di lapangan adalah EK. Di atasnya kita sudah berhasil mengidentifikasi panglima tertingginya juga,” tutur Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (12/12/2018).

Baca juga: Jimmy Kisahkan Penyerangan KKB di Nduga Papua: Terjebak Baku Tembak di Pos TNI Mbua Selama 16 Jam (7)

EK merujuk pada nama Egianus Kogoya.

Dedi menuturkan, panglima tertinggi yang ia maksud berinisial PU. PU ini diiduga ikut merestui terjadinya penyerangan di Nduga.

“Panglima tersebut atas nama inisial PU dan di bawah kaki-kakinya pun juga memiliki daerah operasi yang ada di Nduga tersebut,” kata Dedi.

Baca juga: 2 Anggota TNI yang Ditembak KKB Belum Dievakuasi dari Nduga Papua karena Cuaca Buruk

Dedi melanjutkan, dalam melancarkan serangan, KKB terdiri dari 50an anggota dan menggunakan kurang lebih sekitar 25 pucuk senjata. 

Dedi menuturkan, tim gabungan TNI-Polri telah mengidentifikasi senjata yang digunakan oleh kelompok KKB.

Dari 25 pucuk senjata yang dimiliki KKB, 17 pucuk merupakan senjata laras panjang dan 8 pucuk senjata laras pendek.

Baca juga: Jimmy Kisahkan Penyerangan KKB di Nduga: 2 Kali Tertangkap, Ditolong Mama Papua dan Pendeta (6)

Senjata-senjata yang digunakan kelompok KKB itu didapat dari jalur penyelundupan secara gelap.

“Yang dilakukan kelompok tersebut dengan membeli beberapa senjata di wilayah Papua Nugini maupun di wilayah Philipina,” tutur Dedi.

Diberitakan, kelompok bersenjata di Papua, Minggu (2/12/2018), pimpinan Egianus Kogoya membunuh 20 orang Kabupaten Nduga.

Baca juga: 5 Fakta Misi Pengamanan Nduga Papua, Pos TNI Kembali Diserang hingga Kekecewaan Jimmy

Para korban terdiri dari 19 pekerja proyek Trans Papua, tepatnya jembatan Kali Yigi-Kali Aurak dan 1 orang personel TNI.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, pembunuhan berawal dari para pekerja yang memotret perayaan HUT Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka. Aktivitas itu kemudian diketahui oleh kelompok bersenjata.

Para pekerja tersebut pun dibunuh secara sadis di lereng bukit Puncak Kabo oleh kelompok kriminal bersenjata yang merasa marah.

Kompas TV Mabes Polri menyampaikan keterangan pers terkini terkait penembakan yang terjadi pada pekerja jembatan di Nduga, Papua. Dari hasil penyidikan yang dilakukan oleh tim gabungan, tim sudah berhasil melakukan mapping profil pelaku penyerangan KKB. Berikut keterangan pers-nya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com