Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Anggota KPU Dapat Ancaman Dibunuh jika Tak Menangkan Jokowi

Kompas.com - 12/12/2018, 15:43 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Belum lama ini beredar kabar yang beredar di media sosial yang menyebutkan bahwa ada ancaman terhadap komisioner Komisi Pemilihan Umum terkait Pemilihan Presiden 2019.

Sebuah post di media sosial menulis bahwa anggota KPU diancam dibunuh jika tidak memenangkan petahana Presiden Joko Widodo dalam Pilpres 2019.

Dalam unggahan itu yang disertai foto itu juga disebutkan bahwa Bupati Fakfak di Papua Barat meninggal dengan cara diracun karena berniat membongkar kasus korupsi.

Unggahan itu juga menyinggung mengenai meninggalnya mantan Ketua KPU Husni Kamil Manik pada 7 Juli 2016. Menurut pengunggah, Husni meninggal karena diracun setelah berupaya membongkar skandal Pemilu 2014.

Namun, pihak Kepolisian RI atau Polri mengklarifikasi informasi yang beredar itu sebagai kabar bohong atau hoaks.

Narasi yang beredar:

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, salah satu pengguna Facebook mengunggah dua foto yang memperlihatkan jenazah.

Hingga saat ini belum diketahui siapa dua orang dalam foto tersebut. Namun, pengunggah memberikan caption pada dua foto tersebut sebagai berikut:

"Bupati Fakfak papua di racun karena membongkar kasus korupsi.

Begitu pun dengan KPU RI mereka juga di ancam akan di bunuh jika tahun depan tidak memenangkan Woko widodo di pilpres 2019 ingat sejarah tahun 2014 ada yang di racun karena mau bongkar kecurangan pilpres 2014 husni kamil."

Hingga saat ini, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 7.200 kali dan mendapat respons sebanyak lebih dari 2.200 kali dari pengguna Facebook.

Penelusuran Kompas.com:

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan bahwa informasi yang ditulis pengunggah merupakan hoaks.

"Kami mendapatkan informasi terkait postingan meninggalnya Husni Kamil Manik ini dari medsos dan dipastikan pemberitaan meninggal karena dibunuh adalah hoaks," ujar Dedi saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (12/12/2018).

"Kami mengetahui informasi ini sejak Minggu (9/12/2018) melalui laporan dari Tim Cyber Bareskrim," ujar dia.

Adapun pemberitaan yang benar, menurut Dedi, yakni Husni meninggal sejak 2016 setelah mengidap sakit yang dideritanya. Dengan demikian, Polri membantah bahwa Husni meninggal karena dibunuh.

Selain itu, Polri juga bekerja sama dengan Menteri Kesehatan RI Nila Djuwita F Moeloek untuk menjelaskan mengenai kabar penyebab meninggalnya Husni Kamil Manik.

Hingga saat ini, pelaku menyebaran hoaks ini masih ditelusuri identitasnya oleh pihak Kepolisian.

Menurut Dedi, Polri juga masih mencari tahu siapa sosok dua orang yang ditampilkan dalam foto tersebut. Apalagi, hingga saat ini tidak ada kasus pembunuhan terhadap Bupati Fakfak.

Tak hanya itu, Polri juga telah mengklarifikasi unggahan yang tersebar ini melalui akun Twitter resmi Divisi Humas Polri, @DivHumas_Polri.

Hoaks Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2012-2016, Husni Kamil Manik meninggal dunia karena dibunuh.Twitter: Divisi Humas Polri, @DivHumas_Polri Hoaks Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2012-2016, Husni Kamil Manik meninggal dunia karena dibunuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com