Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggap Korupsi Semakin Marak, Prabowo-Sandiaga Susun Program Pencegahan

Kompas.com - 30/11/2018, 10:52 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, menilai sejumlah Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuktikan bahwa korupsi di Indonesia nyata dan menjadi persoalan serius.

Ia menyoroti pentingnya penguatan program pencegahan korupsi di berbagai lini.

Oleh karena itu, kata Sandiaga, ia bersama calon presiden Prabowo Subianto beserta Badan Pemenangan Nasional (BPN) sedang menyusun program penguatan pencegahan korupsi.

"Kami lagi menyusun (program) pencegahan korupsi, ini dalam satu platform dan itu kami taruh dalam visi-misi, dan rencana kerja kami," kata Sandiaga di sela-sela kegiatan olahraganya di Lapangan Tenis Bulungan, Jakarta, Jumat (30/11/2018).

"Karena Pak Kwik (Kwik Kian Gie), saya, Pak Rizal Ramli, Pak Prabowo kemarin sempat bertemu, bahwa akar permasalahannya itu adalah pencegahan. Karena ini semakin marak dan ini ada yang salah di sistem ini," lanjut Sandiaga.

Menurut dia, penguatan pencegahan korupsi harus melibatkan banyak pihak, seperti pemerintah, KPK, aktivis antikorupsi, pelaku usaha, politisi hingga kepala daerah.

Selain itu, Sandiaga berpandangan sanksi hukum harus memberikan efek jera.

Saat ditanya secara spesifik terkait langkah pencegahan korupsi, Sandiaga menyinggung persoalan korupsi yang dilakukan kepala daerah.

Ia mengatakan, salah satu faktor yang membuat kepala daerah korupsi adalah biaya politik yang tinggi.

"Jadi kalau nanti, kami bisa hasilkan satu kebijakan untuk menekan ongkos politik. Sehingga kepala daerah itu tidak perlu mengeluarkan uang begitu banyak, dan akhirnya harus meminjam uang dan menggunakan kebijakan setelah terpilih untuk membayar utangnya itu dan dia harus korupsi," kata dia.

"Itu tidak harus terjadi. Kita harus fokuskan ke arah sana. Jangan siklus ini terus berulang. Karena ini (masalah) real, dan empat tahun kita lihat bukannya korupsi makin turun ternyata makin naik," kata Sandiaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com