Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdebatan Harga di Pasar dari Blusukan Jokowi dan Sandiaga

Kompas.com - 09/11/2018, 07:08 WIB
Jessi Carina,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, dan calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, kerap blusukan di pasar-pasar tradisional pada masa kampanye Pemilihan Presiden 2019.

Dari blusukan itu, keduanya seolah saling balas mengenai temuan harga-harga komoditas di pasar.

Contohnya, ketika Sandiaga datang ke sebuah pasar di Kota Semarang pada 24 September 2018.

Sandiaga kaget melihat tempe dalam kemasan kecil. Dia menjulukinya "tempe sachet".

Sandiaga mengatakan, pengemasan seperti itu adalah inovasi pedagang untuk mengakali kenaikan harga kedelai.

Baca juga: Sandiaga: Saya Tak Mau Berdebat dengan Pak Presiden soal Harga di Pasar

Dia memuji cara pedagang melakukan inovasi di tengah tingginya harga kedelai.

"Para pedagang yang saya temui di pasar mengeluhkan tingginya harga-harga dan penjualan yang menurun," ujar dia.

Sebelum itu, Sandiaga juga sempat menyebut adanya tempe setipis ATM.

Dalam tiap kunjungannya ke pasar, Sandiaga kerap menyebut bahwa harga-harga semakin mahal.

Terakhir, ia blusukan ke Pasar Anyar di Kota Bogor.

Baca juga: Kunjungi Pasar Anyar, Sandiaga Jamin Stabilkan Harga Kebutuhan Pokok

Sandi mengatakan, pasar itu terletak tidak jauh dengan Istana Bogor. Di sana, dia bertemu dengan pedagang pasar yang mengeluhkan harga yang naik.

"Kayak tadi di Pasar Anyar yang kalau saya lari dari Pasar Anyar ke Istana Bogor Pak Presiden Jokowi itu kurang dari 10 menit lari. Itu menyatakan bahwa harganya mahal," ujar Sandiaga.

Jokowi buktikan kenaikan harga

Jokowu juga blusukan ke sejumlah pasar untuk memastikan harga-harga bahan kebutuhan sehari-hari.

Pada Minggu, (4/11/2018), pagi-pagi, Jokowi menyambangi Pasar Anyar yang ada di Kota Tangerang.

Jokowi ingin mengecek kebenaran pernyataan sejumlah pihak yang mengatakan harga-harga barang di pasar mengalami kenaikan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com