Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Umum PP KAMMI Irfan Ahmad Fauzi. Ia menyoroti rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Menurut Irfan, rendahnya minat baca menjadi salah satu faktor penyebaran berita bohong begitu masif.
"Tingkat minat baca yang rendah, 1000 penduduk Indonesia hanya 1 membaca. Hoaks diciptakan oleh arus teknologi yang tinggi,” tutur Irfan.
“Artinya apa? Tingkat dari kredibilitas dan obyektifas yang disampaikan itu dipertanyakan,” sambung Irfan.
Baca juga: Hindari Perpecahan, Elite Politik Diminta Tak Sebarkan Hoaks
Di sisi lain, Ketua Umum DPP GMNI Robyatullah Kusuma Jaya meminta Polri serius dan cepat menangani segala berita bohong atau hoaks yang beredar menjelang Pilpres 2019.
“Serius menanggapi dan memberikan efek jera kepada mereka yang menyebarkan kabar hoaks,” kata Robyatullah.
Robyatullah berharap, proses demokrasi dapat berlangsung kondusif dan tidak saling menciderai satu sama lain.
Tak hanya itu, Robyatullah mendorong Polri untuk mengontrol akun-akun media sosial yang akan menyebarkan berita bohong atau hoaks.
“Tidak ada fake-fake akun untuk menebarkan dan memviralkan berita hoaks sebelum berkembang.
"Apabila ini segera diatasi dilakukan upaya pencegahan akan membuat kesejukan politik dan memberikan keteladan bagi kita semua,” tutur Robyatullah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.