Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Isu Lombok Akan Kena Mega Tsunami

Kompas.com - 22/08/2018, 10:34 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

JAKARTA, KOMPAS.com - Informasi yang disebarkan melalui media sosial, khususnya Twitter, yang menyebutkan bahwa akan ada gempa besar melanda Lombok disertai dengan mega tsunami adalah hoaks.

Konfirmasi soal tidak benarnya informasi ini disampaikan oleh Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Daryono.

Narasi yang beredar

Sebuah akun Twitter, @DetektifUpin, mengunggah status yang menyebutkan bahwa bahwa ada ilmuwan dan ahli klimatologi dan Vulkanologi dari India yang memperhatikan dasar laut Mandalika, Nusa Tenggara Barat.

Menurut akun tersebut, tanah di dasar laut Mandalika telah terbelah cukup besar hingga ribuan meter ke arah Pulau Jawa akan menimbulkan gempa bumi dengan berkekuatan 8,0 SR yang dapat menyebabkan mega tsunami.

Seiringan dengan ramainya berita gempa di NTB, menyusul pula berita hoaks yang dapat meningkatkan keresahan masyarakat. Seiringan dengan ramainya berita gempa di NTB, menyusul pula berita hoaks yang dapat meningkatkan keresahan masyarakat.

Status ini telah dibagi ulang lebih dari 300 kali, dan mendapatkan respons dari netizen dengan beragam komentar.

Konfirmasi BMKG

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Daryono menegaskan bahwa informasi yang disebarkan di media sosial itu hoaks.

"Itu semua adalah hoax. Pokoknya apapun yang terkait gempa, kita tidak memprediksi, kita hanya bisa memantau saja. Terkait ilmuwan dari India yang terjun ke Mandalika juga hoaks,” jelas Daryono saat dihubungi Selasa (21/08/2018).

Ia mengatakan, hal itu bukan tidak mungkin, tetapi yang bisa dilakukan hanya memantau.

"Bukannya kita tidak bisa memprediksi atau meramalkan gempa. Kita bisa saja memprediksi tentang gempa namun harus memerlukan data yang khusus," kata dia.

"Sebenarnya bukan tidak bisa memprediksi, terkait gempa yang terjadi saat ini sebenarnya kita bisa memprediksi kapan gempa tersebut akan berhenti atau hilang. Tapi kita perlu data yang representatif. Permasalahannya, sampai saat ini, data yang tercatat masih fluktuatif jadi sulit untuk diperkirakan,” papar Daryono.

Mengenai kemungkinan terjadinya mega tsunami, Daryono mengatakan, hal itu tidak mungkin terjadi.

“Sumber untuk terjadinya mega tsunami itu harus memiliki sumber gempa yang magnitudonya memungkinkan untuk terjadi gempa maha dahsyat dengan kekuatan sampai 9,2 lebih Skala Richter, sementara di sumber gempa saat ini, Sesar Naik Flores itu tidak akan sampai segitu,” kata Daryono.

Ia menyebutkan, mega tsunami hanya bisa terjadi di zona megathrust dengan kedalaman yang dangkal dan pusat gempa harus berada di laut.

BMKG juga berulang kali mengimbau agar masyarakat tak mudah percaya dengan berbagai informasi yang beredar tanpa memastikan kebenarannya.

Selengkapnya, baca:
Isu Lombok Akan Terkena Mega Tsunami, BMKG Sebut Ini Hoaks

Kompas TV Sejak gempa dan kebakaran terjadi, belum ada bantuan yang sampai ke mereka.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut, Meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut, Meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Nasional
Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Nasional
Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral saya Marahi

Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral saya Marahi

Nasional
MPR Akan Temui Prabowo-Gibran Bicara Masalah Kebangsaan

MPR Akan Temui Prabowo-Gibran Bicara Masalah Kebangsaan

Nasional
Hakim Fahzal Hendri Pimpin Sidang Dugaan Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh

Hakim Fahzal Hendri Pimpin Sidang Dugaan Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh

Nasional
Hakim MK Saldi Isra Sindir Pemohon Gugatan Pileg Tidak Hadir: Kita Nyanyi Gugur Bunga

Hakim MK Saldi Isra Sindir Pemohon Gugatan Pileg Tidak Hadir: Kita Nyanyi Gugur Bunga

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com