Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Mistik Soekarno di Balik Angka Keramat 17

Kompas.com - 18/08/2018, 08:54 WIB
Kristian Erdianto,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comProklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata menyimpan kisah mistik Soekarno yang menarik untuk ditelisik.

Dikutip dari buku 17-8-45, Fakta, Drama, Misteri yang ditulis oleh Hendri F. Isnaeni, Soekarno mengakui sudah merencanakan Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.

Mengapa tanggal 17? "Aku percaya pada mistik," ungkap Soekarno.

Kisah ini berawal dari pertemuan antara Soekarno dengan dua tokoh pemuda saat itu yang ingin kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan, yakni Wikana dan Darwis, pada 15 Agustus 1945.

Dalam pertemuan itu, keduanya menanyakan Soekarno sebagai pemimpin rakyat ketika Jepang sudah menyerah. Namun, Soekarno belum memercayai penyerahan Jepang sebelum pihak resmi menyampaikan berita itu.

Baca juga: Hilangnya Bendera Pusaka Saat Peralihan Kekuasaan dari Bung Karno ke Soeharto...

"Mengapa tidak rakyat kita sendiri yang menyatakan kemerdekaan kita? Mengapa bukan rakyat kita yang memproklamirkan kemerdekaan kita itu?" tanya mereka.

"Hal ini tak dapat saya putuskan, tetapi harus lebih dahulu saya rembukkan dengan teman-teman lainnya, dan saya harus pula lebih dahulu mendengarkan keterangan resmi tentang penyerahan Jepang itu dan bagaimana lain-lain kelanjutannya yang berhubungan dengan kemerdekaan kita," jawab Soekarno.

Dalam percakapan itu, Soekarno mengatakan dirinya sudah merencanakan Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, sejak berada di Saigon. Soekarno tidak dapat menerangkan secara masuk akal terkait pemilihan tanggal 17.

Baca juga: Bendera Pusaka Terpaksa Dirusak Pasca Bung Karno Ditawan

Ia hanya mengatakan angka 17 adalah angka suci dan keramat. "Tetapi aku merasakan di dalam relung hatiku bahwa dua hari lagi adalah saat yang yang baik," ucap Soekarno.

Dalam penanggalan Jawa, 17 Agustus 1945 jatuh pada hari Jumat legi. Kata legi dalam bahasa Jawa artinya manis. Kemudian Soekarno mengaitkan tanggal 17 dengan peristiwa diturunkannya Al Quran.

Selain itu, Soekarno juga menghubungkan tanggal 17 dengan perintah Nabi Muhamamd SAW kepada umat Islam untuk bersembahyang 17 rakaat dalam sehari.

"Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rakaat, bukan 10 atau 20? Karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," tuturnya.

Menurut Soekarno, saat mendengar berita penyerahan Jepang, ia menyadari takdir Tuhan bahwa peristiwa Proklamasi akan jatuh pada hari keramat-Nya.

Rumah millik Djiauw Kee Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok-Jawa Barat, menjadi tempat bersejarah karena sempat menampung Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945, setelah kedua pimpinan negara itu diculik beberapa pemuda pejuang.Kompas/IMAN NUR ROSYADI Rumah millik Djiauw Kee Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok-Jawa Barat, menjadi tempat bersejarah karena sempat menampung Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945, setelah kedua pimpinan negara itu diculik beberapa pemuda pejuang.
Gagalnya Proklamasi 15 Agustus

Kendati demikian, penulis memprediksi kemungkinan gagasan "angka keramat 17" tidak muncul ketika Soekarno berhadapan dengan Wikana dan Darwis. 

Proklamasi terjadi pada 17 Agustus 1945 karena Soekarno dan Hatta tidak mempan didesak oleh para pemuda. Para pemuda ingin agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus 1945 dan tidak melalui Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Soekarno dan Hatta beralasan, Jepang sudah mengambil keputusan untuk memerdekakan Indonesia.

Baca juga: Siulan Rahasia Bung Karno dan Kecurigaan Belanda di Kota Ende

Kemudian pada 16 Agustus 1945, PPKI yang diketuai Soekarno akan bersidang melaksanakan kemerdekaan itu, mengesahkan rencana Undang-Undang Dasar yang telah disiapkan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan memilih kepala pemerintahan di pusat dan daerah.

Sesudah itu, anggota PPKI pulang ke daerah masing-masing untuk menyusun kekuatan rakyat dan mempertahankan kemerdekaan itu dari serangan Sekutu.

Namun, para pemuda memandang semuanya itu tidak perlu karena akan menggambarkan kemerdekaan Indonesia adalah buatan Jepang. Mereka ingin Indonesia buatan sendiri. Oleh sebab itu, mereka mendesak Soekarno harus memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 15 Agustus 1945 malam.

Perundingan seketika macet dan rapat pun diputuskan bubar.

Kompas TV Keberagaman Suku Bangsa Indonesia kembali jadi simbol dalam perayaan Ulang Tahun Ke-73 Republik Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com