Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arie Putra
CEO Inpolin

CEO Inkubator Politik Indonesia (Inpolin)

Koalisi dalam Keresahan

Kompas.com - 03/08/2018, 07:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Seandainya perolehan partai pendukung tidak paralel dengan angka keterpilihan, Jokowi tidak akan segan menendang sebagian mitra koalisinya.

Secara politis, dia tentu tidak perlu mempertahankan parpol pendukung yang tidak memiliki kursi signifikan di parlemen.

Berbagai hasil survei juga memperlihatkan, paling tidak ada tiga partai pendukung yang akan memiliki capaian menjanjikan untuk mengawal pemerintahan Jokowi ke depan, yakni PDI-P, Golkar, dan PKB. Sisanya, berpotensi berada di bawah 5 persen, bahkan ada yang berstatus partai nol koma.

Distribusi kekuasaan setelah pemilu

Berbeda dengan partai-partai pendukung pemerintahan, penantang Jokowi malah memiliki peluang besar menjadi bagian dari kekuasaan. Jika jumlah kursi parlemennya menjanjikan, negosiasi distribusi kekuasaan dengan pemenang setelah masa elektoral lebih mudah dilakukan.

Bagi penantang Jokowi, berebut dampak elektoral Prabowo Subianto tidak begitu sulit. Cuma ada empat partai berdiri di barisan nonpetahana.

Selain itu, ada banyak tokoh berpengaruh berada di belakang poros Prabowo yang berpotensi memberikan angka kepada masing-masing partai pengusung.

Amien Rais dapat memberi sumbangan elektoral kepada PAN. Salim Assegaf akan berpengaruh pada capaian PKS. Susilo Bambang Yudhoyono bakal mendongkrak Partai Demokrat.

Prabowo sendiri tentu akan mengangkat elektabilitas Partai Gerindra. Perolehan masing-masing partai penantang tentu akan lebih menjanjikan.

Jika petahana kembali berkuasa, Partai Gerindra dan Partai Demokrat bisa saja menjadi bagian dari koalisi Pemerintah.

Pilihan tersebut menjadi realistis untuk mengumpulkan kekuatan jelang Pemilu 2024, pertarungan baru tanpa petahana.

Di periode kedua, Jokowi tentu ingin dukungan kuat dari parlemen agar tidak dijegal untuk meninggalkan legacy yang monumental.

Partai-partai penantang yang memiliki angka signifikan di parlemen pun berpotensi untuk langsung dirangkul, sekaligus menendang partai pendukung bersuara kecil dari koalisi.

Tidak mengherankan, Jokowi tampak begitu menikmati permainan di menit akhir. Petahana terkesan tidak mau ditekan oleh partai pendukung soal penentuan nama calon wakil presiden atau pembagian kursi-kursi menteri. Sebab, dukungan partai pendukung belum tentu memiliki dampak besar setelah dia kembali berkuasa.

Namun, skenarionya akan berbeda jika poros Prabowo yang jadi juara. Sebagian besar partai pendukung Jokowi bisa saja tidak dianggap.

Koalisi Prabowo hanya perlu menarik satu dari tiga partai dominan pendukung petahana agar menjadi pemegang kekuatan mayoritas di DPR, bisa saja itu Partai Golkar atau PKB.

Distribusi kekuasaan akan menjadi paket yang terpisah dengan negosiasi pencalonan di Pemilu 2019 nanti.

Angka imajiner yang digunakan parpol-parpol untuk mendukung capres-cawapres tidak menentukan daya tawar ketika berkuasa.

Oleh karena itu, partai-partai yang sekarang ikut berpesta belum tentu mendapatkan kursi dalam jamuan makan para penguasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com