JAKARTA, KOMPAS.com – Berbuat baik, berbagi kepedulian, bisa dilakukan di mana saja dan melalui saluran apa saja.
Seorang pengusaha bidang kecantikan, Sofia Ambarini pertama kali menginisiasi gerakan “Simbah Asuh” sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaannya.
Sofia mengisahkan, awal gagasan “Simbah Asuh” saat ia mendapatkan informasi dari rekan sesama pengusaha dan komunitas sosial di Purworejo tentang keberadaan seorang nenek yang menjajakan dagangannya.
“Awal mula, kami buatkan warung untuk menopang hidup dia sehari-hari biar gak perlu jualan keliling lagi, tapi malah dikerjai tetangganya karena dia banyak utang. Akhirnya kami memutuskan untuk memberi santunan tiap bulannya,” kata Sofia kepada Kompas.com.
Baca juga: Potret Keceriaan dan Kerukunan Anak-anak Asuh di Yayasan Milik Si Mantan Sopir...
Dari sini lah awal munculnya nama “Simbah Asuh”.
“Karena Simbah Inem ini, dia panggilannya Simbah, bukan nenek, atau apa, makanya nama programnya jadi Simbah Asuh,” ujar Sofia.
“Sampai saat ini sudah ada sekitar 50 simbah di 4 kota yang kami bantu setiap bulannya melalui Simbah Asuh,” kata dia.
“Simbah Asuh” sudah berjalan di Yogyakarta, Kendal, Purworejo, dan Malang.
Untuk memudahkan penyampaian bantuan kepada target, Sofia menggandeng koordinator di setiap daerah untuk meneruskan bantuan yang masuk.
“Saya ajak teman-teman di daerah yang merupakan pengusaha lokal, Salah satunya Khafidz di Kendal. Kenapa pengusaha, harapannya biar dana yang saya kirim tidak dikerikiti (dikurangi) dan bisa utuh diterima oleh target,” jelas Sofia.
Baca juga: Ini Cerita Aslih Ridwan, Ustaz yang Punya Ratusan Anak Asuh...
"Simbah Asuh" memberikan bantuan rutin kepada para lanjut usia (lansia) yang dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak tersentuh bantuan pemerintah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Koordinator Kendal, Khafidz Nasrulloh, program ini sudah berjalan selama dua tahun terakhir.
“Satu tahun lebih, hampir dua tahun yang lalu,” ujar Khafidz, saat dihubungi Kompas.com Selasa (10/7/2018) pagi.
Setiap bulannya, simbah yang masuk dalam "Simbah Asuh" ini mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 500.000 dan bantuan lain yang bersifat kondisional.
“Dana dari para donatur diberikan melalui saya, yayasan, atau Mbak Sofi, Selanjutnya kami serahkan secara langsung kepada penerima tanpa ada potongan apapun, utuh Rp 500.000,” ujar Khafidz.
“Biaya akomodasi itu keluar dari dana pribadi. Pun ketika ada donatur yang mandeg di tengah jalan, kami yang akan melanjutkan. Bagaimanapun bantuan itu rutin diberikan setiap bulannya,” kata Khafidz.
Hal ini juga disampaikan oleh Sofia, yang mengaku rutin mengirim sejumlah dana yang kurang ke setiap daerah jika ada donatur yang berhenti di tengah jalan, sehingga simbah yang ada di bawah yayasannya tetap bisa menerima bantuan.
Bantuan ini diberikan secara berkelanjutan hingga penerima meninggal dunia.
Orang tua yang dianggap layak menerima bantuan "Simbah Asuh" di antaranya, jompo, tidak memiliki anak, memiliki anak tetapi memiliki keterbatasan fisik dan keterbatasan ekonomi sehingga tidak bisa menanggung beban hidup orangtuanya.
“Saya dan tim biasanya cek sendiri ke kampung-kampung agar tahu keadaan yang sesungguhnya, layak atau tidak menerima bantuan. Kalau tanya ke orang biasanya mereka merekomendasikan saudara sendiri,” ujar Khafidz.
Cerita dan kegiatan Simbah Asuh selalu dibagikan melalui akun instagram yayasan dan Khafidz pribadi.
Menurut dia, para lansia yang menerima bantuan ini merasa senang dan bersyukur, karena selama ini bergantung pada bantuan tetangganya.
Selain program “Simbah Asuh”, yayasan milik Sofia juga memiliki program bernama “Simbah Zakat”.
“Simbah Zakat ini kebayakan yang menerima para simbah kuli panggul di Pasar Beringharjo, Jogja,” kata Sofia.