MAHAGURU manajemen Peter Senge dengan magnum opus-nya "The Fifth Discipline", yang melahirkan konsep "Organisasi Pembelajar" dan diadopsi berbagai perusahaan (organisasi) sejak tahun 1990-an hingga saat ini, baru saja berkunjung ke Indonesia.
Kunjungan yang minim pemberitaan ini sebenarnya selaras dengan kondisi kekinian yang sedang melanda Indonesia, yakni tergerusnya proses berpikir sehat.
Berita, informasi, kabar, atau apa pun namanya yang tidak benar dan melecehkan akal sehat terus diproduksi dan disebarkan dengan masif melalui media sosial.
Pun penerima berita tersebut tanpa mau berpikir kritis dan melakukan cek kebenarannya, memviralkan ke berbagai platform media sosial yang diikuti. Jadilah pasca-kebohongan menjadi penanda baru sebuah era.
Kajian Peter Senge agar organisasi menjadi organisasi pembelajar apabila dalam organisasi tersebut dikembangkan lima disiplin, yaitu berpikir sistem (system thinking), pribadi unggul (personal mastery), pola pikir–paradigma (mental model), visi bersama (shared vision), dan kelompok pembelajar (team learning).
Dua dari lima disiplin tersebut--paradigma dan berpikir sistem--menjadi relevan untuk menangkal, minimal mengurangi, masifnya berita sampah dan kabar bohong yang oleh para penyebar dan pengikutnya diyakini sebagai berita benar dan kabar bagus.
Oleh Senge, paradigma diartikan sebagai sehimpunan norma, nilai, ajaran dan informasi yang membentuk persepsi, asumsi, dan kerangka referensi dalam pikiran kita yang kemudian menentukan cara kita memahami, mengerti dan menafsirkan dunia dan kehidupan kita secara keseluruhan.
Perwujudan dari paradigma ini adalah sikap, keyakinan, tindakan, dan perilaku (Jansen Sinamo, 2005).
Sebagai contoh, Generasi X dan Y diajari oleh guru maupun orangtua bahwa kalau menggambar pemandangan itu dua gunung dengan jalan berbelok di antara dua gunung tersebut.
Di kiri-kanan jalan tersebut ada pematang sawah. Lalu dipojok gunung ada pohon kelapa. Di atas gunung ada burung terbang berdampingan dengan awan.
Ajaran dan informasi ini kemudian membentuk paradigma Generasi X dan Y. Menggambar pemandangan itu, ya, gambar dua gunung dengan berbagai aksesorinya.
Paradigma ini kemudian dilakukan terus-menerus yang akhirnya membentuk tindakan dan perilaku. Sampai saat ini jika Generasi X dan Y secara spontan disuruh menggambar pemandangan, mayoritas akan menggambar dua gunung.
Menjadi tanda berbahaya manakala paradigma manusia Indonesia diserang dengan berbagai kabar bohong nirkecerdasan. Kabar ini yang akan membentuk persepsi dan perilaku mereka. Memiliki persepsi keliru (bohong) pasti tindakannya akan keliru (bohong) pula.
Bagaimana sebuah bangsa akan menjadi produktif apabila persepsi dan tindakan warga negaranya dikuasai oleh kekeliruan dan kebohongan?
Berpikir sistem kemudian menjadi cara untuk membentuk paradigma yang sehat lagi cerdas. Oleh Senge, berpikir sistem memiliki dua idiom utama. Yang pertama, jangan melihat potret sesaat, tetapi lihatlah proses keseluruhannya. Kedua, jangan melihat sebab-akibat satu arah, lihatlah sebab-akibat antarbagian.