KOMPAS.com - Mudik, jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artinya ke udik (hulu sungai, pedalaman), atau pulang ke kampung halaman.
Para ahli bahasa, punya pendapat yang berbeda. Asal muasalnya, ada yang menyebut mudik merupakan akronim dari bahasa Jawa "mulih dhisik" yang artinya pulang dulu atau pulang sebentar.
Ada pula yang menyebut mudik berasal dari bahasa Betawi "udik" yang berarti kampung.
Apapun versinya, mudik punya makna yang sama yaitu pulang kampung.
Menjelang Lebaran, aktivitas mudik para perantau selalu menjadi perhatian. Mereka yang bekerja jauh dari kampung halaman akan pulang, untuk berkumpul dengan keluarga besar di daerah asalnya.
Sejarawan, JJ Rizal, mengatakan, secara bahasa, mudik memang asalnya dari kata "menuju ke udik" atau kembali ke desa.
Baca juga: Kisah Menarik di Balik Sejarah Mudik...
Namun, secara tradisi, aktivitas kembali ke kampung halaman juga terjadi di negara lain seperti Amerika Serikat dan China.
“Orang Amerika saat Thank Giving Day juga melakukan mudik. Sama halnya dengan orang China saat Tahun Baru Imlek,” kata Rizal, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/6/2018).
Menurut Rizal, tidak ada catatan pasti kapan tradisi mudik ini berlangsung di Indonesia.
“Tidak ada data yang pasti kapan mulai, tetapi berkait mulanya dengan orang-orang yang menjadi jongos (pembantu laki-laki) dan babu (pembantu perempuan) yang harus pulang ke udik atau kampung,” kata Rizal.
“Perjalanan sejarah kita menemukan ada problem kesenjangan dan keterpusatan ekonomi yang mengerikan,” ujar dia.
Kembali ke fitrah
Rizal mengatakan, mudik juga mengandung arti ingat asal atau leluhur, dan diimplementasikan dengan cara melakukan perjalanan pulang kampung.
Baca juga: Melihat Catatan Mudik dari Tahun ke Tahun...
“Nah, identitas asal kita dalam Islam itu kan artinya fitrah, dan fitrah manusia kan baik. Otomatis mudik harus jadi pelajaran bagaimana kita menjadi manusia yang lebih baik,” ujar Rizal.
Sementara itu, Pracoyo Wiryoutomo, seperti dimuat Harian Kompas, 1 April 1992, menuliskan, mudik terjadi saat Ramadhan atau jelang Lebaran tak terlepas dari hakikat Idul Fitri.
Secara harfiah, Idul Fitri dimaknai sebagai kembali kepada fitrah atau kesucian.
Mudik, pulang kampung, kemudian dianggap sebagai upaya untuk kembali ke asal-usulnya. Mereka ingin berjumpa dengan orangtua, handai taulan, dan melihat tempat di mana mereka tumbuh.
"Dengan pulang ke kampung, manusia akan teringat 'kampung yang kekal' atau akan ingat masa lalu 'siapa yang menciptakan' dan 'akan ke mana setelah itu'" tulis Pracoyo.
Secara simbolis, mudik dinilai mampu mengingatkan manusia untuk kembali ke asalnya, kembali ke fitrah.