Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Undang 42 Tokoh, Bicarakan Intoleransi, Ketimpangan Ekonomi hingga Radikalisme

Kompas.com - 04/06/2018, 20:20 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo, Senin (4/6/2018), memanggil 42 tokoh pemerhati sosial, budaya, agama hingga pendidikan di Istana Merdeka, Jakarta.

Presiden ingin meminta masukan mengenai banyak hal. Mulai dari intoleransi, penyebaran ideologi radikalisme dan terorisme, pengangguran hingga ketimpangan ekonomi di masyarakat.

Cendikiawan Muslim Azyumardi Azra memberi masukan mengenai bagaimana meminimalisasi tindak intoleransi di Indonesia.

Baca juga: Setara Institute Ingatkan Hulu Terorisme adalah Intoleransi

"Saya tadi sampaikan, untuk mengatasi intoleransi harus komprehensif. Pemerintah harus segera memperkuat koalisi sosial melalui pemantapan semangat kebangsaan, kearifan lokal dan penguatan Islam Wasathiyah (Islam moderat)," ujar Ayumardi, usai pertemuan.

Penguatan itu pun harus menyasar ke lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga sekolah tinggi.

Guru, dosen, ketua BEM dan ketua-ketua himpunan mahasiswa hingga pelajar harus mendapat penguatan soal kebangsaan dan implementasi Pancasila.

Cendikiawan Muslim sekaligus akademisi Komarudin Hidayat menambahkan, salah satu topik yang spesifik dibicarakan adalah mengenai 'disusupinya' masjid-masjid kantor pemerintah oleh mubalig berpaham radikal.

"Ada penceramah agama di masjid-masjid BUMN misalnya, ironis. Penceramahnya pro khilafah. Ini kan perlu penjelasan ke masyarakat," ujar Komarudin.

Baca juga: Bappenas Minta Masyarakat Beri Masukan untuk Atasi Ketimpangan Ekonomi

Namun, lanjut Komarudin, Presiden mengaku, sudah mengambil langkah untuk menyetop hal itu agar penyebaran ideologi radikalisme dan terorisme dapat dihentikan.

Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid mengapresiasi pertemuan yang berlangsung selama 2 jam tersebut. Menurut dia, metode Presiden Jokowi dalam menangkap aspirasi sangat produktif.

"Sebagai pemimpin memilih tidak hanya dapat report dari bawahan, tapi langsung berinteraksi dan mendengar dari praktisi. Ini metode yang sangat oke untuk mendapatkan masukan dan yang paling penting kebijakan yang akan diambil nanti sesuai kebutuhan masyarakat," ujar dia.

Kompas TV Kita Pancasila, Bersatu, Berbagi, Berprestasi, menjadi tema peringatan hari Lahir Pancasila tahun ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com