JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan menyiapkan 20.000 sandal sebagai layanan jemaah haji Indonesia selama di Arab Saudi, Mekkah, dan Madinah. Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Eka Jusup Singka.
"Ini sebagai langkah menghadapi kemungkinan panasnya cuaca di Tanah Suci pada musim haji tahun ini," ungkap Eka dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI, Senin (25/5/2018).
Menurut Eka, kasus selama ini yang sering terjadi para jemaah lupa tempat sandalnya berada saat di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram, termasuk ketinggalan.
"Biasanya mereka (jemaah haji) sandalnya ketinggalan. Bahaya, kakinya bisa kepanasan," kata Eka.
Baca juga: Saat Ketua DPR Sapa Presiden Jokowi Dengan Sebutan Pak Haji...
Dengan puluhan ribu sandal yang disiapkan tersebut, kata Eka, para jemaah akan bisa mendapatkan sandal gratis dari petugas jika mengalami kasus demikian.
Selain sandal, kata Eka, tim kesehatan juga akan membagikan payung, masker, dan penyemprot air untuk mengantisipasi cuaca panas.
"Rata-rata suhu di Tanah Suci pada musim haji nanti berkisar 53 derajat celcius. Ini tentu beresiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti heatstroke," kata dia.
Tim Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH) Kemenag RI tahun ini menyertakan tim Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH) dalam komposisi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1439H/2018M.
Baca juga: Cerita soal Kurma, dari Oleh-oleh Haji sampai Suguhan Raja...
Direktur Bina Haji dan Umrah Kemenag RI Khoirizi H Dasir mengatakan bahwa tahun ini ada tim P3JH dalam PPIH Arab Saudi.
"Mereka adalah para petugas pelayanan umum, namun memiliki kemampuan medis," dia.
Tim tersebut terdiri dari kurang lebih 20 petugas yang berasal dari beragam latar belajang, misalnya dari rumah sakit haji, universitas Islam negeri yang memiliki prodi kedokteran.
"Serta rumah sakit TNI/Polri yang ditetapkan langsung oleh Kemenag berdasarkan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan," kata dia.
Menurut Khoirizi, Tim P3JH disiapkan untuk mengisi titik kosong yang selama ini kurang terlayani secara maksimal.
Baca juga: Ini Catatan dari Konvensi Haji dan Umrah Dunia
Alasannya karena keterbatasan para petugas pelayanan umum dan atau pelayana kesehatan, khususnya pada masa puncak haji, Arafah-Mina-Muzdalifah (Armina).
Nantinya, tim P3JH akan dioptimalkan pada hari pertama lontar jumrah.
Di mana saat itu, jemaah haji Indonesia melakukan perjalan tidak kurang 2 kilometer dari pemondokan di Mina ke Jamarat untuk melempar Jumrah Aqabah sehingga tidak sedikit dari mereka yang kelelahan.
"Perpaduan tim gerak cepat (TGC) Kemenkes, P3JH dan petugas perlindungan jemaah diharapkan melayani jemaah," ujar Khoirizi.
"Mereka ditugaskan mengantar jemaah yang dilanda kelelahan saat akan kembali dari Jamarat ke pemondokan di Mina," terang dia.