Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Teror, Prabowo Sebut TNI, Polri, dan Intelijen Perlu Diperkuat

Kompas.com - 16/05/2018, 17:11 WIB
Kristian Erdianto,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berpendapat bahwa pemerintah perlu memperkuat jajaran TNI, Polri, dan lembaga intelijen dalam menghadapi maraknya aksi terorisme yang terjadi belakangan ini.

Menurut Prabowo, persoalan terorisme saat ini tidak dapat diselesaikan secara parsial atau hanya oleh salah satu unsur pemerintah saja.

Oleh sebab itu, dibutuhkan kontribusi dari seluruh pemangku kepentingan dalam menanggulangi terorisme.

"Kita butuh Polri yang sangat kuat dan sangat profesional. Kita juga butuh TNI yang sangat kuat dan profesional. Kita butuh intelijen yang sangat hebat," ujar Prabowo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/5/2018).

"Semua pihak saya kira harus kerja sama, harus kompak menghadapi ini dengan serius, dengan bijak," ucap Prabowo.

Baca juga: Wapres Kalla Sebut Tak Ada Negara yang Aman dari Terorisme

Selama ini, lanjut Prabowo, Partai Gerindra selalu mendorong anggaran pertahanan dan keamanan, khususnya TNI, ditingkatkan.

Hal itu bertujuan agar TNI bisa maksimal dalam menjaga keamanan negara dari berbagai ancaman teror.

Selain itu, Prabowo juga mengingatkan bahwa persoalan terorisme jangan dianggap remeh. Sebab, pemikiran radikalisme lebih cepat menyebar di era perkembangan teknologi yang telah berkembang pesat.

"Saya dan Gerindra dari dulu selalu mengingatkan jangan sampai masalah ini (terorisme) dianggap remeh. Sebagai contoh kami terus minta anggaran untuk TNI ditingkatkan, bukan untuk mengancam negara lain tetapi untuk menjaga keamanan bangsa kita," tuturnya.

Baca juga: Wakil Ketua Majelis Syuro PKS: Terorisme Bentuk Penyimpangan Agama

Sebelumnya, aksi teror kembali terjadi di markas kepolisian. Empat terduga teroris menyerang Mapolda Riau pada Rabu (16/5/2018).

Dari lokasi penyerangan, polisi menyita tiga buah pedang yang digunakan pelaku untuk menusuk polisi. Sementara, satu orang polisi meninggal dunia karena ditabrak terduga teroris.

Pada Senin (14/5/2018) aksi teror bom bunuh diri terjadi di Mapolrestabes Surabaya. Empat anggota polisi dan enam warga sipil terluka dalam peristiwa tersebut.

Peristiwa itu terjadi sehari setelah serangan bom di tiga gereja, yakni Gereja Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia dan Gereja Pantekosta Pusat.

Kompas TV Detasemen Khusus 88 Antiteror melakukan penggerebekan rumah terduga teroris di kawasan Tangerang Kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Nasional
Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Nasional
Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com