Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Peran Perempuan dalam Aksi Teror dan Radikalisme

Kompas.com - 15/05/2018, 17:40 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah aksi teror, termasuk aksi bom bunuh diri yang terjadi beberapa waktu terakhir, menyita perhatian. Salah satunya adalah lantaran pelaku merupakan perempuan, bahkan mengikutsertakan anak-anak.

Fenomena ini menyita perhatian banyak pihak. Namun, menurut peneliti Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Navhat Nuraniyah, tren ini sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu.

"Kenapa perempuan terlibat, tren ini bisa kita lihat sejak ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) berdiri pada 2014-2015," kata Navhat dalam diskusi di kantor Wahid Foundation, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Navhat menyebut, ISIS pun kemudian mengeluarkan instruksi yang membolehkan perempuan melakukan aksi teror secara fisik pada sekira Oktober 2017 silam.

Baca juga: Perubahan Pola Baru Terorisme, Anak Disertakan dalam Aksi Bom Bunuh DIri

Tren ini kemudian terlihat di Indonesia, ketimbang di kawasan lain seperti di Mindanao, Filipina Selatan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid menuturkan, sebenarnya sudah sejak lama perempuan masuk ke dalam jaringan radikalisme maupun terorisme. Namun, baru-baru ini saja perannya terlihat semakin jelas.

"Mungkin baru sekarang kita sadar karena peran yang dimainkan langsung center stage," tutur Yenny.

Baca juga: 6 Panduan Orangtua Membahas Terorisme kepada Anak

Ia menjelaskan, selama ini, peran perempuan dalam jaringan radikalisme sudah lama terjadi. Perempuan, imbuh Yenny, merupakan perekrut orang untuk masuk jaringan maupun menjadi "pengantin."

Selain itu, perempuan pun kerap menjadi pengumpul dana untuk kegiatan radikalisme. Pun, perempuan menjadi pengatur logistik.

"Kalau mau penyerangan, dia yang sewa mobil, sewa motor, atau beli ini-itu," ucap Yenny.

Kemudian, peran lainnya adalah menjadi eksekutor. Peran ini yang terlihat dalam beberapa aksi teror baru-baru ini, termasuk aksi bom bunuh diri di Surabaya.

Kompas TV Pengeboman di Surabaya, dalam konteks global, bertujuan jadi alat propaganda ISIS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Yakin Presidential Club Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Yakin Presidential Club Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Nasional
Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Nasional
Gejala Korupsisme Masyarakat

Gejala Korupsisme Masyarakat

Nasional
KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

Nasional
PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

Nasional
Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Nasional
Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com