JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo tidak ingin peristiwa intimidasi seperti yang terjadi saat hari bebas kendaraan atau car free day (CFD) Jakarta akhir pekan lalu terjadi lagi.
Menurut politisi Partai Golkar itu, insiden di CFD adalah bentuk dari benih-benih potensi perpecahan. Hal itu, menurut dia, merugikan Indonesia sebagai bangsa, namun justru menguntungkan segelintir elite dan partai politik.
"Jangan korbankan rakyat yang tidak tahu apa-apa, berdarah-darah, saling serang dengan ketidak tahuannya, yang diuntungkan hanya beberapa elit dan partai politik saja," ujarnya saat menjadi pembicara dalam paparan survei Indikator, Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Baca juga : Intimidasi di CFD, Wiranto Minta Tak Ada Lagi Pemaksaan Kehendak
"Tepatnya hanya menguntungkan dua partai, efek dari pada menjelang 2019 yang diuntungkan dengan tampilannya ini adalah Pak Jokowi yaitu PDI-P dan Pak Prabowo adalah Gerindra," sambung dia.
Di dalam survei Indikator, saat dilakukan simulasi 2 nama atau head to head antara Jokowi dan Prabowo, 60,6 persen responden memilih Jokowi, sementara 29 persen memilih Prabowo. Adapun 10,4 persen tidak menjawab.
Bambang mengaku tidak terlalu perduli dengan hasil survei itu. Ia hanya ingin agar semua tokoh partai, tokoh masyarakat, hingga tokoh agama tetap menjaga rasa kesatuan dan kesatuan bangsa di tahun politik saat ini.
Baca juga : Keributan Kelompok #DiaSibukKerja dan #2019GantiPresiden Saat CFD yang Berujung Laporan Polisi
"Kami tidak ingin peristiwa minggu kemaren itu terulang kembali pada minggu-minggu mendatang," kata dia.
Politisi Golkar itu mengatakan, dari berbagai survei yang ada, pertarungan pada Pilpres 2019 hanya akan ada dua poros yakni poros PDIP dan Gerindra.
Otomatis kedua partai itu dinilai akan mendapatkan keuntungan dari berbagai hal yang melibatkan pendukung Jokowi dan Prabowo. Sebab tokoh dari kedua partai tersebut menjadi tokoh sentral Pilpres 2019.
Di dalam survei Indikator, elektabilitas PDI-P menjadi yang tertinggi yakni 27,7 persen. Sementara itu di tempat kedua ada Gerindra dengan 11,4 persen. Sementara itu Partai Golkar, partai asal Bambang, hanya menempati posisi ketiga dengan 8 persen.