Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Garuda Indonesia, Standar Keselamatan, dan RUPS

Kompas.com - 20/04/2018, 21:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI negara kepulauan terbesar di jagat ini, perhubungan udara telah menjadi conditio sine qua non, sesuatu yang mau tidak mau harus ada. 

Pada awal kemerdekaan Indonesia, AURI dan Garuda bertugas untuk sesegera mungkin merajut jaring yang menghubungkan setiap pelosok Indonesia dengan tugas utama mengabarkan tentang Indonesia yang sudah merdeka.

Kala itu Garuda menghubungkan kota-kota besar di penjuru tanah air dan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) terbang ke daerah-daerah terpencil dan terisolasi.  Misi memberi tahu bahwa Indonesia sudah merdeka sungguh sangat penting.

Ada cerita di awal kemerdekaan, pada salah satu kunjungan kerja Bung Hatta sebagai wakil presiden ke Kepulauan Selaru, beliau disambut meriah oleh seorang Kepala Desa setempat dengan menyanyikan lagu kebangsaan Belanda Wilhelmus.

Dari cerita yang “tidak lucu” ini jelas terlihat betapa pentingnya peran perhubungan udara sebagai sarana penghubung dan penjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam perkembangannya kemudian, Garuda tumbuh dan berkembang sangat pesat, tidak hanya menghubungkan kota-kota besar di Indonesia akan tetapi juga ke luar negeri.

Garuda telah menjadi sebuah Maskapai pemersatu dan penjaga martabat bangsa dengan peran sebagai pembawa bendera Indonesia.

Garuda juga telah menjadi “duta besar”  Republik Indonesia yang melanglang buana ke seluruh dunia. 

Keselamatan penerbangan

Kredibilitas Garuda sebagai sebuah maskapai sangat menonjol terutama dalam aspek keselamatan penerbangan (aviation safety) dan ketaatannya pada regulasi, aturan, dan ketentuan yang berlaku secara internasional.

Ketaatan Garuda pada regulasi sangat terasa di saat peristiwa kecelakaan pesawat terbang terjadi di tanah air.

Budaya safety yang mengakar pada mekanisme kerja di tubuh Garuda menempatkannya sebagai maskapai “yang lain dari yang lain”. 

Hal ini tampak kepada perlakuan beberapa otoritas penerbangan negara asing yang melarang terbang semua maskapai Indonesia ke negaranya, kecuali Garuda.

Bahkan, sebuah “notice” kedutaan besar tertentu yang sempat bocor menyebut soal imbauan kepada warganya agar hanya menggunakan Garuda, tidak maskapai lain.

Ketaatan Garuda pada regulasi keamanan memang patut dicontoh oleh maskapai lain. Dari sisi industri, persoalan memang muncul dari aspek biaya operasional. Ada biaya lebih yang harus dikeluarkan.

Pesawat Garuda yang parkir di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali KOMPAS.com/SRI LESTARI Pesawat Garuda yang parkir di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali

Pelanggaran

Sudah bukan rahasia lagi, ada sejumlah maskapai yang memilih menurunkan standar keamanan demi memperoleh keuntungan usaha.

Contoh sederhana adalah soal perbandingan jam terbang yang diperoleh para pilot dalam satu bulan dibanding dengan total jam terbang yang dilakukan maskapai penerbangan.

Mudah sekali melihat pelanggaran dalam soal jam terbang di sana.

Banyak lagi pelanggaran-pelanggaran yang bisa ditemukan pada sebuah maskapai terutama di musim sibuk libur lebaran dan tahun baru.

Diturunkannya peringkat Indonesia beberapa tahun lalu ke kategori 2 penilaian FAA (Federal Aviation Adminisration) adalah bukti begitu banyak pelanggaran yang dilakukan maskapai penerbangan tanah air.

Selain karena lemahnya pengawasan, tindakan sanksi yang memberi efek jera juga sangat kurang.

Rangkaian hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga memperkuat fakta soal banyaknya pelanggaran dalam operasi penerbangan.

Temuan yang dituangkan dalam hasil investigasi Timnas EKKT (Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi) menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda.

Garuda setelah RUPS

Kembali ke Garuda. Perusahaan ini baru saja menggelar RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Ada sejumlah respons yang menentang hasil RUPS.

Dalam hal ini seyogianya semua pihak dapat menahan diri untuk dapat secara konsisten mempertahankan keberadaan Garuda yang secara historis menorehkan tinta emas dalam menjaga kesatuan bangsa sejak awal kemerdekaan.

Saya sangat yakin semua pihak bertujuan memiliki tujuan baik bagi Garuda. Saya juga sangat percaya perbedaan pendapat yang sudah telanjur terjadi dapat diselesaikan dengan baik.

Salah satu cara penyelesaian yang “ideal” adalah dengan mengembalikan saja posisi Garuda sebagai maskapai  selalu berorientasi pada aturan keselamatan penerbangan.

Garuda selama ini berpedoman pada standar Internasional Civil Aviation Safety Regulation (CASR) yang dikeluarkan Internasional Civil Aviation Organization (ICAO).

Semoga Garuda tetap jaya di udara sebagai maskapai kebanggaan Ibu Pertiwi.  Kita pada dasarnya harus turut bertanggung jawab terhadap keberlangsungan hidup Sang Garuda.

Kita pasti tidak ingin nasib Garuda sama dengan saudara kandungnya, Merpati Nusantara Airlines, yang lenyap dari angkasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com