Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPAI Akan Awasi Penyalahgunaan Anak dalam Kampanye hingga Pemilu 2019

Kompas.com - 06/04/2018, 14:28 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengungkapkan, KPAI telah melakukan pengawasan penyalahgunaan anak dalam kampanye, sejak masa kampanye Pilkada Serentak 2018 dimulai pada 15 Februari lalu. 

Susanto ingin pengawasan ini terus dilakukan hingga masa kampanye Pemilu 2019.

"Tadi disampaikan bahwa saat ini sedang diproses, pengaduan juga akan terus kami kawal," kata Susanto di kantor KPAI, Jakarta, Jumat (6/4/2018).

"Sejumlah pengaduan juga terus disampaikan ke KPAI. Bahkan, kemarin ada sejumlah panwas yang bersurat ke KPAI mengadukan bahwa ada sejumlah pelanggaran," ujar Susanto.

Ia menuturkan, KPAI terus berkoordinasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu terkait temuan pelanggaran penyalahgunaan anak dalam kampanye politik.

 

(Baca juga: KPAI Minta Anak-anak Tak Dilibatkan dalam Kampanye)

KPAI, kata dia, akan terus mengawal agar anak-anak tak dieksploitasi untuk kepentingan politik.

"Hal ini menurut saya penting dan ada sejumlah hal yang secepat mungkin akan kami follow up ke mereka. Karena ini ada beberapa hal yang menjadi wilayah mereka," ujar dia.

Susanto menjelaskan, KPAI akan terus memantau pelaksanaan kampanye politik ke depannya secara komprehensif. Ia juga berharap agar masyarakat dan pengawas pemilu di daerah bisa aktif dalam melaporkan berbagai temuan penyalahgunaan anak selama kampanye.

"Karena ini mandat negara melalui Undang-Undang Perlindungan Anak yang sejatinya juga memandatkan bahwa anak tidak boleh diasalahgunakan dalam kegiatan politik. Jadi, karena mandat itu tentu semua pihak harus taat pada norma itu," kata Susanto.

Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil, Jasra Putra memaparkan, pada masa kampanye pilkada sejak 15 Februari, KPAI telah menemukan 22 kasus penyalahgunaan anak selama masa kampanye.

"Kami temukan paslon yang menggunakan tempat pendidikan untuk berkampanye (3 kasus) walaupun calon datang berdialog, kan juga cari dukungan, nah ini kami temukan kasus-kasus seperti ini," kata Jasra.

(Baca juga: KPAI Ingin Isu Perlindungan Anak Jadi Materi Debat Pilkada dan Pilpres)

Selain itu, KPAI juga menyoroti 11 kasus mobilisasi massa anak-anak oleh partai politik. Jasra mengungkapkan, temuan ini merupakan angka tertinggi dengan persentase 50 persen dari 22 pelanggaran yang ditemukan.

Sementara, pelanggaran lainnya adalah menggunakan anak sebagai juru kampanye (2 kasus), menampilkan anak di atas panggung kampanye (1 kasus), usia anak di bawah 17 tahun masuk ke Daftar Penduduk Pemilih Potensial Pemilu (1 kasus), dan membawa bayi atau anak yang berusia di bawah 7 tahun ke dalam arena kampanye (4 kasus).

"Kalau kami juga lihat pengalaman kita di tahun 2014, kami temukan 248 kasus penyalahgunaan anak selama kampanye. Parpol yang paling tinggi PDI-P, Gerindra, dan Golkar," ujar Jasra.

Jasra mengatakan, KPAI akan melanjutkan sejumlah strategi, seperti membuka posko pengaduan nasional; melakukan kajian dan dialog agar isu anak menjadi perhatian semua pihak; melakukan koordinasi dengan 36 KPAD; mengajak media menyuarakan isu perlindungan anak, dan mengundang pengurus partai politik.

Jasra berharap agar seluruh peserta pemilihan tak melakukan pelanggaran penyalahgunaan anak pada Pemilu 2019 nanti.

Kompas TV Pelaksana berniat melestarikan sekaligus memperkenalkan budaya asli Indonesia kepada anak - anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com