PADA 22 Maret 2018, kebetulan saya makan siang di sebuah restoran sushi Okunoen, Tsukiji, di Tokyo. Ada 3 meja besar di satu ruangan di restoran itu.
Saya, istri, dan teman-teman duduk di satu meja. Sementara, di dua meja lainnya duduk orang-orang Jepang yang tidak kami kenal.
Kebetulan di antara teman kami satu meja ada yang berulangtahun. Kejutan datang ketika kami selesai makan dan hendak meninggalkan restoran.
Seorang pelayan bersama dua orang teman kami yang tinggal di Tokyo datang dengan kue ulangtahun lengkap dengan lilin dan bernyanyi “happy birtday to you”.
Yang mengejutkan, melihat perayaan kecil itu, orang-orang Jepang yang tidak kami kenal yang duduk di dua meja dekat kami berhenti makan, berdiri, dan ikut bernyanyi. Kami menghampiri mereka dan menyapa satu per satu seraya mengucapkan terima kasih atas simpati mereka.
Di salah satu meja ada empat orang kakek dan satu orang nenek. Mereka bertanya dari mana asal kami. Mengetahui kami dari Indonesia salah seorang dari mereka berbicara dua tiga kata dalam bahasa Indonesia, di antaranya “terima kasih.”
Interaksi menjadi lebih hangat. Bincang-bincang ringan terjadi. Ada yang mengaku pernah tinggal di Yogyakarta kurang lebih 3 tahun.
Salah satu dari mereka memperkenalkan diri sebagai Toshimitsu Morita, anggota manajemen grup kontraktor Jepang yang bertugas membangun Hotel Ambarukmo.
Konon, Ambarukmo Hotel, Bali Beach, dan Samudra Beach Hotel adalah Hotel Internasional yang dibangun Jepang sebagai bagian dari program pampasan perang Jepang untuk Indonesia.
Operasi penyelamatan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.