Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepada Komnas HAM, Novel Sampaikan Dugaan Pelaku Penyiraman Air Keras

Kompas.com - 14/03/2018, 10:03 WIB
Yoga Sukmana,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, tidak banyak bicara setelah memberikan keterangan kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pada Selasa (13/3/2018) malam.

Namun, kuasa hukum Novel, Algifari Aqsa, mengatakan, banyak informasi yang disampaikan Novel kepada Komnas HAM, termasuk dugaan pelaku penyiraman air keras kepada Novel.

"Mas Novel juga sebenarnya sudah mengungkapkan dugaan pelaku itu ke kepolisian. Pemeriksaan di Singapura itu sebenarnya sudah diungkapkan dengan BAP," ujarnya di kantor Komnas HAM.

(Baca juga: Kepada Komnas HAM, Novel Ungkap Penyiraman Air Keras Tak Hanya Terjadi Kepadanya)

Algifari melanjutkan, BAP yang dibuat Novel di Singapura bukanlah dua lembar, tetapi mencapai sembilan lembar. Hal itu sekaligus mengklarifikasi adanya kabar yang menyebutkan Novel irit bicara kepada penyidik Polri.

Di dalam BAP tersebut, kata Algifari, Novel juga mengungkapkan dugaan pelaku dari penyiraman air keras kepadanya. Bahkan, ucap dia, apa yang disampikan Novel di dalam BAP lebih lengkap ketimbang yang disampaikan ke Komnas HAM.

"Tetapi, memang kami menyadari bahwa kepolisian ada hambatan, ada keengganan menurut kami untuk menyelesaikan kasus Novel," katanya.

Sementara itu, Komnas HAM, kata Algifari, memberikan respons positif saat Novel mengungkapan dugaan pelaku penyiraman air kepada dirinya.

Lantaran hal itu, Novel dan kuasa hukumnya yakin akan ada titik cerah dari kasus tersebut. Novel, ucap Algifari, juga siap memenuhi panggilan Komnas HAM jika kembali diperlukan untuk memberikan penjelasan atas kasus tersebut.

(Baca juga: Kata Novel Baswedan Setelah 7 Jam Beri Keterangan di Komnas HAM)

Novel datang memenuhi panggilan Komnas HAM bersama tim advokasinya sekitar pukul 13.50 di kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin. Tak ada pernyataan yang ia lontarkan kepada media, ia langsung masuk ke kantor Komnas HAM.

Setelah tujuh jam lebih, Novel bersama timnya baru keluar dari kantor Komnas HAM dan memberikan pernyataan kepada media.

"Tentunya kami mengharapkan apa yang disampaikan akan menjadi sesuatu hal yang baik untuk mendukung tugas-tugas kepolisian dalam rangka mengungkap fakta-fakta yang ada," ujar Novel.

Kompas TV Tim bentukan Komnas HAM ini meminta keterangan Novel terkait peristiwa penyiraman air keras kepada dirinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com