Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Batal Umrah, Hubungan Keluarga Calon Jamaah First Travel Renggang

Kompas.com - 07/03/2018, 16:28 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Sri Kayati, salah satu korban penipuan biro perjalanan umrah First Travel punya cerita pahit di balik batalnya perjalanan umrah. Mulanya, Sri mendaftarkan dirinya beserta suami pada Agustus 2015. Kemudian, ia mengajak tante dan pamannya untuk umrah bersama. Mereka mendaftar paket promo Rp 14,3 juta dan direncanakan berangkat pada 2017.

"Kami menanti, kapan ya kami berangkat. Janji sampe Februari belum juga (berangkat)," ujar Sri saat bersaksi dalam sidang perkara First Travel di Pengadilan Negeri Depok, Rabu (7/3/2018).

Sri mengatakan, saat itu ia sudah mengurus cuti bekerja. Ia juga telah berpamitan ke tetangga karena akan berangkat umrah. Begitu pula dengan paman dan tantenya yang sudah beritahu tetangga bahwa akan segera umrah.

Baca juga : Tak Punya Dana, Bos First Travel Suruh Agen Cari Investor untuk DP Tiket Pesawat

Namun, hingga batas waktu yang dijanjikan, Sri dan keluarganya tak kunjung berangkat. Sri mengaku batalnya keberangkatan itu mempengaruhi batinnya. Ia malu karena sudah memberitahu teman dekat dan tetangga bahwa akan umrah.

"Sama Pak Lik dan Bu Lik saya, mereka sudah pamitan ke tetangga, tapi tidak jadi berangkat," kata Sri.

"Sekarang hubungan kekeluargaan kami jadi agak renggang," lanjut dia.

Sri mengakui bahwa ia tergiur dengan harga murah paket promo First Travel. Di travel umrah lain, kata dia, harga perpaket sekitar Rp 25 Juta. Menurut dia, dengan harga segitu, ia bisa berangkat umrah untuk dua orang jika menggunakan jasa First Travel.

"Angka Rp 14,3 juta itu murah karena kan saya harus tambah lagi ongkos pesawat bolak balik Jakarta-Solo," kata Sri.

Baca juga : Awal Mula Para Agen Tertarik Bergabung dengan First Travel...

Di samping itu, Sri juga pernah ikut umrah dengan First Travel. Saat itu, fasilitas yang didapatkan cukup baik sehingga ia tidak kapok menggunakan lagi jasanya.

Saat menunggu waktu keberangkatan, Sri menerima kabar adanya paket upgrade ramadhan. Dalam paket tersebut, disebutkan bahwa dengan membayar tambahan Rp 2,5 juta, mereka bisa lebih cepat berangkat. Akhirnya, ia membayar biaya ekstra itu untuk empat orang.

Sri berulang kali bertanya kepada suaminya, kapan mereka akan berangkat. Suaminya pun tidak mendapatkan kejelasan dari pihak First Travel. Sri juga meminta uangnya dikembalikan saja dan tak masalah umrah dengan biro perjalanan lain meski lebih mahal.

"Kami hanya bisa bertanya-tanya karena tidak berhubungan langsung (dengan FT)," kata Sri.

Baca juga : Upaya Penebusan Dosa Bos First Travel kepada Calon Jemaah Umrah...

Direktur Utama First Travel Andika Surachman, Direktur First Travel Anniesa Hasibuan, Komisaris Utama Kepala Divisi Keuangan First Travel Siti Nuraidah Hasibuan alias Kiki didakwa melakukan penipuan atau penggelapan dana perjalanan umrah 63.310 calon jemaah. Mereka diduga menggunakan dana calon jemaah sebesar Rp 905 miliar untuk kepentingan pribadi.

First Travel menawarkan paket promo umrah murah seharga Rp 14,3 juta. Mereka menjanjikan calon jamaah akan diberangkatkan satu tahun setelah pembayaran dilunasi.

Namun, pada kenyataannya, hingga dua tahun berlalu para korban tak kunjung diberangkatkan.

Kompas TV Andika dan Anniesa didakwa membelanjakan uang jemaah untuk keperluan pribadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com