Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curahan Hati Korban Bom Bali I, 15 Tahun Menunggu Harapan...

Kompas.com - 28/02/2018, 14:52 WIB
Yoga Sukmana,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chusnul Hotinah tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya saat berbicara dihadapan para menteri dan ratusan peserta acara Silahturahmi Kebangsaan.

Kalimat yang pertama terlontar dari mulutnya saat diminta memperkenalkan diri cukup singkat.

"Saya korban bom Bali 1," ujarnya.

Chusnul adalah satu dari sekitar 50 korban dari aksi terorisme yang hadir dalam Silahturahmi Kebangsaan, acara yang mempertemukan eks narapidana terorisme dengan korban atau keluarga korban terorisme.

Seperti korban bom lainnya, Chusnul juga mengalami cacat permanen. Hingga saat, luka-luka, terutama luka bakar akibat ledakan bom Bali I pada 2002 silam masih terlihat jelas di wajah ibu tiga anak itu.

Saat diberi kesempatan berbicara langsung kepada pemerintah lewat acara tersebut, ia menceritakan getirnya menjadi korban terorisme.

(Baca juga: Pagi Ini, 103 Eks Napi Terorisme Bertemu dengan Keluarga Korban)

Pasca bom Bali I, ekonomi keluarganya terpuruk. Ia bahkan harus mengobati luka akibat peristiwa tersebut secara mandiri tanpa bantuan pemerintah selama 15 tahun.

Asa bantuan dari pemerintah muncul pada 2017 lalu. Lantaran sering mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo, Chusnul diberikan salah satu program sakti pemerintahan Jokowi yakni Kartu Indonesia Sehat (KIS).

"Waktu itu saya diberi Pak Jokowi kartu KIS bulan juli 2017," kenang ia.

Namun asa yang ia harapkan selama 15 tahun tak juga datang. Kartu yang dianggap banyak orang bagian dari kartu sakti Jokowi itu justru tidak bisa dipergunakan.

Chusnul sudah beberapa kali ke rumah sakit dan mencoba KIS. Namun ditolak.

"Ditolak dengan alasan karena saya kan (pengobatan) kulit, sementara kulit masuk ke (kategori) kecantikan, jadi tidak bisa masuk ke KIS ini," ucapnya.

Pada November 2017 asa baru kembali datang. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) memberikan buku hijau untuk pengobatan.

Meski disyukuri Chusnul, namun ia menilai bantuan LPSK tidak permanen. Padahal luka yang dideritanya adalah luka permanen yang butuh pengobatan seumur hidup.

(Baca juga: Kepala BNPT Memastikan Akan Perjuangkan Hak Korban Terorisme)

Ia memohon kepada pemerintah untuk memberikan bantuan pengobatan kepada para korban aksi terorisme secara permanen.

Selain itu ia juga berharap pemerintah memberikan jaminan kesehatan serupa untuk anak-anaknya yang terimbas secara tidak lansung akibat aksi-aksi terorisme.

Acara Silahturahmi Kebangsaan digagas oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan digelar di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (28/2/2018).

Acara tersebut mempertemukan sekitar 124 eks narapidana terorisme dengan 50-an korban dan keluarga korban. Tujuannya yakni untuk rekonsiliasi sehingga tidak ada lagi dendam antara kedua pihak.

Adapun perwakilan pemerintah ada Menko Polhukam Wiranto, Menteri Sosial Idrus Marham, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.

Kompas TV Salah satunya pelemparan bom molotov di Mapolsek Cluring dan Kantor Samsat Banyuwangi pada 2017 lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com