Kepala Desa Ledokdawan Budiyono menjelaskan, musibah longsor kali pertama diketahui oleh warga desanya pada Sabtu (17/2/2018) sekitar pukul 05.00 WIB dinihari.
Warga kemudian segera bergegas meneruskan kabar ini kepada pihak PT KAI. Tidak lama setelah laporan diterima, puluhan petugas dari PT KAI meluncur ke ke lokasi kejadian untuk melakukan penanganan longsor.
Budiyono sendiri mengaku bersyukur karena longsor bisa terpantau lebih awal sehingga ada penanganan darurat.
Budiyono tak bisa membayangkan apa yang bakal terjadi jika longsor itu tidak tertangkap mata. Setidaknya, ratusan nyawa penumpang KA yang melintas di jalur itu terselamatkan.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, lapisan tanah di bawah bantalan rel KA itu ambrol sehingga membahayakan jika dilalui KA.
Dilihat dari samping, rel KA tampak seperti jembatan karena tanah penyangga kosong. Lokasi longsor berjarak beberapa meter dari sungai setempat.
"Longsornya diketahui sehabis Subuh. Saya bersyukur sekali, peristiwa longsor itu bisa cepat diketahui warga. Soalnya, sekitar pukul 06.15 WIB biasanya ada kereta yang melintas di jalur itu. Telat beberapa jam saja bisa fatal akibatnya. Lihat saja longsornya parah," kata Budiono.
Warga Desa Ledokdawan, Ahmadi (45), menjelaskan, longsor terjadi karena tanggul sungai di kawasan tersebut sudah tak kuat menahan derasnya gerusan air sungai ditambah lagi intensitas hujan yang tinggi akhir-akhir ini. Adapun Jarak lokasi longsor dengan sungai hanya terpaut tujuh meter.
"Sebaiknya tanggul-tanggul sungai di kawasan itu sering diawasi. Karena usia tanggul sudah tua. Ini yang harus diperhatikan. Jika tanggul sungai longsor, otomatis tanah di rel juga longsor," terang Ahmadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.