Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Keberatan Jika Novel Disebut Tak Koperatif Diperiksa Polisi

Kompas.com - 13/02/2018, 21:40 WIB
Robertus Belarminus,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merasa keberatan penyidiknya Novel Baswedan yang sedang dirawat di Singapura akibat kasus penyerangan, disebut tidak kooperatif saat diperiksa polisi.

Hal tersebut merespons pernyataan Komisioner Ombudsman, Adrianus Meilala, saat berkunjung ke Polda Metro Jaya.

"Kami keberatan sekali dengan pernyataan seperti itu ya," kata Juru Bicara KPK, Febri Diansyah, di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (13/2/2018).

KPK berpendapat, jangan sampai kemudian Novel yang merupakan korban dalam kasus ini, justru diberikan beban untuk membuktikan kasus penyerangan yang hingga kini sudah 10 bulan belum terpecahkan tersebut. Sebab, hal tersebut dinilai sama saja melemparkan tanggungjawab kepada korban.

"Novel tidak mungkin tahu siapa yang menyiramnya karena sebelum dia bisa mengetahui itu, matanya sudah disiram pada Selasa subuh itu. Jadi, bagaimana mungkin bertanya pada orang yang menjadi korban penyiraman tersebut," ujar Febri.

Baca juga : Adrianus Sebut Novel Tidak Kooperatif dalam Penyidikan Kasusnya

"Novel itu korban, dan sampai sekarang 10 bulan dia masih menjalani perawatan operasi berulang, terpisah dengan keluarga, tapi justru sekarang seolah-olah ada pihak yang mengatakan karena Novel-lah pengungkapan perkara ini tidak bisa dilakukan," ujar Febri.

KPK menilai, pernyataan semacam itu merupakan suatu kekeliruan dalam proses investigasi sebuah kasus pidana. "Jadi kami keberatan dan kami sangat sayangkan pernyataan tersebut," ujar Febri.

Sebelumnya, Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal, seusai menjalankan shalat subuh di masjid dekat kediamannya, pada 11 April 2017 lalu. Luka parah pada kedua mata Novel akibat siraman air keras tak cukup ditangani di Indonesia.

Baca juga : Polisi Akan Hentikan Pemeriksaan Saksi Kasus Novel Baswedan

Sejak 12 April 2017, Novel mendapatkan perawatan mata di sebuah rumah sakit di Singapura. Pelaku penyerangan Novel hingga kini belum terungkap.

Namun, Novel pernah buka suara mengenai kasus penyiraman air keras terhadap dirinya. Dalam sebuah wawancara kepada Time, Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya.

Novel menduga ada "orang kuat" yang menjadi dalang serangan itu. Bahkan, dia mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat.

Sejak awal Juli 2017, Kepolisian RI dan KPK bekerja sama dalam mengusut kasus penyiraman air keras terhadap Novel. Terakhir kali, Polri dan KPK merilis sketsa wajah terduga pelaku penyerangan Novel.

Kompas TV Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, memenuhi panggilan Polda Metro Jaya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com