Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Teuku Kemal Fasya

Kepala UPT Kehumasan dan Hubungan Eksternal Universitas Malikussaleh dan Dewan Pakar PW Nadhlatul Ulama Aceh. 

Warisan Kritisisme Daoed Joesoef

Kompas.com - 30/01/2018, 10:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Saya tanyakan itu karena terkesan kontradiktif dengan pemikiran kritis DJ sebagaimana tertuang pada tulisan-tulisannya di Kompas dan Suara Pembaruan. Tulisan-tulisan itu diproduksinya dengan “mesin tik Nietzsche”, karena ia memang tak menguasai komputer dan internet.

Dengan tenang DJ merefleksikan kebijakannya ketika menjadi menteri itu tanpa gelegak kemarahan dan kecewa. Menurutnya, apa yang terjadi pada gerakan mahasiswa awal Orde Baru itu tidak bisa disamakan dengan gerakan “kiri baru” Eropa Barat atau Perancis era 60-an.

“Mahasiswa saat itu diagungkan oleh rakyat karena statusnya, dan bukan karena ketajaman intelektualitas dan kualitas akademisnya,” kata dia.

Seperti diketahui, sejak aksi Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) demonstrasi terus-menerus menampar wajah rezim Orde Baru. Seorang perwira polisi mengadu kepada DJ bahwa sejak menjadi Menteri, kerjanya semakin padat untuk menghalau gerakan mahasiswa yang menyerbu ruang publik, mengemboskan ban-ban mobil, dan memacetkan jalan-jalan.

Kampus tidak bisa mengontrol Dewan Mahasiwa (Dema) yang bahkan lebih besar dari institusi kampus. DJ sesungguhnya tidak melarang aktivisme politik mahasiswa melalui organisasi kemahasiswaan seperti HMI, PMII, GMKI, PMKRI. Sebaliknya ia ingin gerakan intra mahasiswa memperkuat pada aksi-aksi ilmiah.

Menurut DJ organisasi kemahasiswaan eksternal dibentuk bukan untuk urusan “perpeloncoan, piknik, dan dansa-dansi” semata, tapi sangat efektif digunakan untuk berpolitik seperti Mohammad Hatta yang membentuk Perhimpunan Indonesia ketika di Belanda (h. 233).

Arus pemikiran DJ sebenarnya jernih, agar mahasiswa memperkuat daya kritisnya dengan nalar intelektual selain keterampilan ritual aksi jalanan.

Ketika akhirnya saya mendengar kabar meninggalnya Prof. Daoed Joesoef (DJ) dari sebuah grup whatsapp Selasa, 23 Januari 2017 pukul 23.55 WIB perasaan saya terguncang-guncang.

Malam itu saya gelisah sehingga tak bisa memejamkan mata. Kedukaan itu menjadi untaian ingatan tentang apa yang belum saya tuntaskan, yaitu melanjutkan pendidikan doktoral seperti yang terus disarankannya.

Pernah suatu malam dan sudah mulai larut ia menelpon saya hanya untuk memberikan usulan judul disertasi tentang foklore dan peribahasa seluruh Nusantara. Ia menganggap tema antropologi budaya itu penting untuk menyelamatkan local genius bangsa ini.

Kenasionalan kita sebenarnya ditentukan oleh lokalitas daerah di seluruh Nusantara, bukan ditera oleh Jakarta dan Senayan saja.

Selamat jalan Pak Daoed Joesoef! Kehidupan di alam sana jelas lebih membahagiakan dan jauh dari kepura-puraan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com