Ayu dipertemukan dengan pelaku Bom Bali I yang didalangi oleh Amrozi cs. Ia telah memaafkan mereka. Apalagi setelah mantan pelaku, yakni Ali Fauzi dan Ali Imran, kini bertaubat dan menyadari kesalahannya.
Ayu mengaku sudah banyak menceritakan kisahnya ke berbagai forum dan media. Bercerita, menurut dia, semacam terapi untuk diri sendiri. Semakin banyak dia bercerita, semakin cepat proses berdamai dengan rasa sakitnya.
"Dendam tidak ada gunanya. Jadi tidak apa-apa kalau saya ketemu dengan pelaku," kata Ayu.
Baca: Kepala BNPT Akui Perhatian Pemerintah kepada Korban Terorisme Masih Minim
"Saya ingin mereka tahu ini dampak dari ulah mereka. Saya minta mereka berpikir ulang untuk melakukan itu lagi," lanjut dia.
Ramdhani, korban bom di Kedutaan Australia 2004 juga tak lagi memupuk kebencian terhadap pelaku bom yang membuatnya terluka parah. Istri dan keluarga menjadi penguatnya. Hidup harus terus berjalan.
"Kalau mengingat kejadian itu, kalau saya tidak diingatin sama keluarga dan istri, pasti saya ada rasa dendam. Tapi saya pribadi tidak ada rasa kebencian atau dendam pada pelaku," kata Ramdhani.
Hati hancur lebur melihat korban
Ali Fauzi merupakan adik kandung Amrozi, Ali Ghufron, dan Ali Imran yang merupakan otak Bom Bali I.
Ketika mulai terpapar paham radikal, Ali Fauzi belajar merakit bom hingga ke Mindanau, Filipina.
Setelah kembaali ke Indonesia, ia menjadi Kepala Instruktur Perakitan Bom Jama’ah Islamiyah Wakalah Jawa Timur.
Saat itu, muncul pemikiran di kepalanya untuk memerangi Amerika Serikat dan sekutunya karena telah menyerang Afghanistan. Setiap kali melihat orang asing, ia ingin menembak dengan senjata perang.
Ketika melihat bangunan gedung, yang ada di pikirannya hanya berapa kilogram bahan peledak yang dibutuhkan untuk menghancurkannya.
"Ini saya katakan penyakit. Sangat berbahaya. Masuk level komplikasi," kata Ali.
Baca juga: Setahun Bom Thamrin, Negara Didesak Perhatikan Korban Terorisme
Titik balik Ali untuk meninggalkan dunia terorisme setelah tertangkap pada 2004. Saat itu, ia merasa polisi yang selama ini dimusuhi kalangan teroris karena dianggap menghalangi aksi mereka, ternyata memperlakukannya secara manusiawi di penjara.