Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Para Korban Memaafkan dan Berdamai dengan Pelaku Teror...

Kompas.com - 26/01/2018, 07:39 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

Ayu dipertemukan dengan pelaku Bom Bali I yang didalangi oleh Amrozi cs. Ia telah memaafkan mereka. Apalagi setelah mantan pelaku, yakni Ali Fauzi dan Ali Imran, kini bertaubat dan menyadari kesalahannya.

Ayu mengaku sudah banyak menceritakan kisahnya ke berbagai forum dan media. Bercerita, menurut dia, semacam terapi untuk diri sendiri. Semakin banyak dia bercerita, semakin cepat proses berdamai dengan rasa sakitnya.

"Dendam tidak ada gunanya. Jadi tidak apa-apa kalau saya ketemu dengan pelaku," kata Ayu.

Baca: Kepala BNPT Akui Perhatian Pemerintah kepada Korban Terorisme Masih Minim

"Saya ingin mereka tahu ini dampak dari ulah mereka. Saya minta mereka berpikir ulang untuk melakukan itu lagi," lanjut dia.

Ramdhani, korban bom di Kedutaan Australia 2004 juga tak lagi memupuk kebencian terhadap pelaku bom yang membuatnya terluka parah. Istri dan keluarga menjadi penguatnya. Hidup harus terus berjalan.

"Kalau mengingat kejadian itu, kalau saya tidak diingatin sama keluarga dan istri, pasti saya ada rasa dendam. Tapi saya pribadi tidak ada rasa kebencian atau dendam pada pelaku," kata Ramdhani.


Hati hancur lebur melihat korban

Ali Fauzi merupakan adik kandung Amrozi, Ali Ghufron, dan Ali Imran yang merupakan otak Bom Bali I. 

Ketika mulai terpapar paham radikal, Ali Fauzi belajar merakit bom hingga ke Mindanau, Filipina.

Setelah kembaali ke Indonesia, ia menjadi Kepala Instruktur Perakitan Bom Jama’ah Islamiyah Wakalah Jawa Timur.

Saat itu, muncul pemikiran di kepalanya untuk memerangi Amerika Serikat dan sekutunya karena telah menyerang Afghanistan. Setiap kali melihat orang asing, ia ingin menembak dengan senjata perang.

Ketika melihat bangunan gedung, yang ada di pikirannya hanya berapa kilogram bahan peledak yang dibutuhkan untuk menghancurkannya.

"Ini saya katakan penyakit. Sangat berbahaya. Masuk level komplikasi," kata Ali.

Baca juga: Setahun Bom Thamrin, Negara Didesak Perhatikan Korban Terorisme

Titik balik Ali untuk meninggalkan dunia terorisme setelah tertangkap pada 2004. Saat itu, ia merasa polisi yang selama ini dimusuhi kalangan teroris karena dianggap menghalangi aksi mereka, ternyata memperlakukannya secara manusiawi di penjara.

Halaman:


Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com