Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Periksa Kakak Andi Narogong, KPK Cari Pihak Lain yang Terlibat e-KTP

Kompas.com - 02/01/2018, 19:26 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi hari ini memeriksa kakak kandung pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, Dedi Prijono.

Dedi diperiksa KPK terkait kasus korupsi proyek e-KTP yang menjerat Andi menjadi terdakwa dan divonis delapan tahun penjara.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, Dedi diperiksa pada kasus ini untuk pengembangan perkara kasus korupsi e-KTP dalam rangka mencari keterlibatan pihak lain.

"Tentu saja dari konstruksi kasus yang sudah kami uraikan sebelumnya masih ada sejumlah pihak lain yang diduga terlibat dalam kasus KTP elektronik ini. Kami perlu melakukan pendalaman untuk mencari keterlibatan pihak lain," kata Febri di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (2/1/2017).

(Baca juga: Fakta Sidang tentang Peran Andi Narogong dalam Korupsi e-KTP)

Sejauh ini KPK sudah menyeret enam orang dalam kasus yang merugikan negara Rp 2,3 triliun tersebut.

Mereka adalah dua mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri, Irman dan Sugiharto. Keduanya sudah divonis masing-masing tujuh tahun dan lima tahun penjara.

Kemudian, dua pihak swasta, yaitu Andi Agustinus dan Anang Sugiana Sudirhardjo. Terakhir adalah mantan Ketua DPR Setya Novanto.

Saat ditanya siapa pihak lain yang bakal kembali terjerat dalam kasus e-KTP, Febri menyatakan akan bergantung pada hasil penyidikan.

"Apakah dari pihak swasta, sektor politik, ataupun dari birokrasi, tentu nanti hasil dari perkembangan perkara ini," ujar Febri.

(Baca juga: Ini 10 Pengakuan Andi Narogong soal Korupsi e-KTP)

Kompas TV Andi Narogong terbukti bersalah dan dihukum penjara delapan tahun serta diwajibkan membayar uang pengganti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com