Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Tak Tegas, Kekerasan dan Pelanggaran HAM di Papua Berlanjut

Kompas.com - 19/12/2017, 09:09 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tokoh agama di Papua Pastor John Djonga mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kekecewaan ini ia sampaikan saat bicara dalam Seminar Nasional 'Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Papua' yang digelar di Auditorium LIPI, Jakarta, Senin (18/12/2017).

John bahkan menilai Jokowi lebih mementingkan situasi di Palestina dibandingkan di Papua.

"Saya pikir Papua tidak lebih penting dari Palestina," kata John disambut tepuk tangan hadirin.

John mengakui, Presiden Joko Widodo sangat sering berkunjung ke Papua. Namun, menurut dia kunjungan tersebut tidak membawa pengaruh yang berarti bagi kehidupan masyarakat disana.

Masih banyak kekerasan dan pelanggaran HAM yang terjadi di Papua dan tak pernah terselesaikan.

"Kita lihat di Papua kasus pelanggan HAM apa yang sudah selesai di tangan Jokowi? Satu pun tidak ada," kata John.

(Baca juga : Tokoh Papua Minta Jokowi Tidak Hanya Kasih Kuis dan Bagi-bagi Sepeda)

Ia mencontohkan penembakan yang terjadi di Wamena sejak akhir 2014 lalu yang menewaskan 4 orang.

Saat menghadiri perayaan natal nasional 2014 di stadion Mandala, Jayapura, 27 Desember, Jokowi menyatakan bahwa kasus tersebut harus segera diselesaikan.

"Tapi sampai sekarang tidak ada penyelesaian," ujar John.

Akibat tak adanya ketegasan dari pemerintah, menurut John, kekerasan serta pelanggaran HAM terhadap rakyat Papua akhirnya terus menerus berlanjut.

"Dua hari lalu masih ada penyisiran di Nduga, ada 4 orang yang sudah ditembak. Peristiwa ini menambah panjang deretan pelanggaran HAM di Papua," ujar pria kelahiran Flores yang sejak 1985 menetap di Papua ini.

(Baca juga : Kata Tokoh Papua, Harga BBM Hanya Turun Saat Jokowi Blusukan ke Papua)

Terkait masalah kesejahteraan seperti kesehatan dan pendidikan, menurut John, juga masih banyak yang harus dibenahi.

John menilai, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar yang menjadi andalan Jokowi pada kenyataannya tidak membuat kesehatan dan pendidikan di Papua menjadi lebih baik.

"Realitas yang ada di lapangan kami melihat tidak ada program kesehatan dimana dijalankan di kampung bagi orang Papua. Petugasnya tidak ada. Obatnya sudah kadaluarsa," ujar John.

"Kami juga merasakan sekolah itu hanya nama sekolah. Gurunya tidak ada. Waktu naik kelas baru datang, waktu ujian baru datang," tambahnya.

John menilai, persoalan di Papua ini terjadi karena Jokowi dan pemeritahannya tidak mau berdialog dengan masyarakat di Papua.

Ia menyayangkan Jokowi hanya bagi-bagi sepeda tiap datang ke Papua, tanpa bertanya mengenai masalah mendasar yang dialami oleh rakyat.

Ia juga mengaku pernah mengirimkan surat kepada Kantor Staf Kepresidenan pada Juni 2017 lalu untuk menyampaikan keluh kesah terhadap Papua, namun tidak ada respon.

"Saya mengingatkan kepada pemerintah kalau mau baik datang diskusi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com