JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Senior CSIS J. Kristiadi meyakini kekuatan Partai Golkar akan rontok pada Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Hal itu bisa terjadi bila Ketua Umum Golkar Setya Novanto tetap memimpin Partai Beringin tersebut.
"Pak Setnov (Setya Novanto) itu harus sadar bahwa dia itu adalah ketum Partai Golkar. Partai yang mempunyai hampir 15 persen (suara nasional Pemilu 2014), itu ada puluhan juta pemilih," ujarnya di acara diskusi Para Syndicate, Jakarta, Jumat (24/11/2017).
Selain Ketua Partai Golkar, Novanto juga Ketua DPR, lembaga tinggi negara yang merupakan representasi wakil rakyat. Apalagi tutur Kristiadi, jabatan Ketua DPR adalah jabatan yang mulia.
Baca juga : Dedi Mulyadi Klaim 20 DPD Golkar Sepakat Munaslub
Seharusnya kata dia, Novanto rela memutuskan mundur dan tidak memikirkan keselamatan diri sendiri. Sebab, Golkar dan DPR akan ikut terimbas sentimen negatif dari publik.
"Dia harus mundur sehingga akan menjadi pupuk dari suburnya Golkar. Kalau dia bisa menderita atas perbuatan yang dia perbuat, saya kira ini akan bisa menjadi pupuk yang akan menyuburkan Golkar sebagai partai besar," ucap Kristiadi.
Baca juga : Kehadiran Pengusaha dan Ramalan Sesepuh Golkar yang Jadi Nyata
Sementara itu saat ditanya sosok yang tepat memimpin Golkar, Kristiadi menilai Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Bupati Purwakarta menjadi nama terdepan.
Ia menilai kedua kader Golkar itu mempunyai kemampuan politik yang handal dan terbuka dengan perubahan.
"Saya mengenal Airlangga sejak reformasi konstitusi. Kang Dedi orang yang betul-betul bisa menjabarkan bagaimana prinsip pluralitas. Bagaimana negara ini Bhinneka Tunggal Ika," ucap Kristiadi.