JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia memiliki setumpuk isu yang akan dibawa ke dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Filipina pada 12-14 November 2017.
Namun, dari setumpuk agenda itu, isu Rohingya menjadi isu yang mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.
"Karena ini masih menjadi persoalan yang menjadi perhatian bersama," ujar Direktur Kerja Sama Keamanan dan Politik ASEAN Kementerian Luar Negeri Indonesia, Chandra Yudha, dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (9/11/2017).
Indonesia tutur dia, akan mendorong penyelesaian masalah Rohingya dengan pendekatan yang konstruktif.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebelumnya mengusulkan formula 4 plus 1 untuk mengatasi konflik Rohingya di Myanmar.
(Baca juga: Negara Islam Desak PBB Perjuangkan Nasib Rohingya)
Empat formula tersebut adalah menjunjung perdamaian dan stabilitas di wilayah Rakhine, proteksi untuk semua warga negara tanpa memandang latar belakang suku dan agama, menahan diri secara maksimal dan tak menggunakan kekerasan, serta akses kepada sistem perlindungan kemanusiaan.
Sementara "plus 1" adalah implementasi dari rekomendasi Laporan Komisi Penasehat untuk Rakhine State di Persatuan Bangsa Bangsa yang dipimpin oleh Kofi Annan.
Selain itu, pemerintah juga akan mendorong agar bantuan kemanusiaan bisa disalurkan. Itu akan dapat perhatian lebih dari pemerintah.
"Pertemuan ini akan kami gunakan untuk konteks di samping kompleksitas dan sekuritas dari isu tersebut. Kami akan mendorong pelaksanaanya komitmennya yang sudah dibuat oleh Pemerintah Myanmar," kata Chandra.
(Baca juga: Kanada Kirim Utusan ke Myanmar, Tingkatkan Bantuan Rohingya)