Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Periksa Sejumlah Politisi Terkait Kasus E-KTP

Kompas.com - 07/11/2017, 11:39 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyidik KPK memanggil sejumlah politisi untuk diperiksa terkait kasus dugaan korupsi proyek e-KTP, Selasa (7/11/2017).

Pantauan Kompas.com, hadir Ketua Bidang Hukum dan HAM DPP Partai Golkar, Rudi Alfonso.

Ia mengaku dipanggil KPK untuk diperiksa bagi kasus Ketua Umum Golkar Setya Novanto.

"(Diperiksa untuk kasus) SN," kata Rudi, saat masuk ke lobi gedung KPK.

Rudi Alfonso pernah diperiksa KPK sebelumnya terkait kasus menghalangi penyidikan dan penuntutan terkait kasus korupsi pengadaan e-KTP.

(Baca juga : Pengacara Sebut SPDP Atas Nama Setya Novanto Hoax)

Selain Rudi, anggota DPR dari Fraksi Golkar Agun Gunandjar juga menyambangi KPK. Agun enggan berkomentar terkait tujuan kedatangannya ke KPK.

"Ya, ditanya sama Febri saja, dia yang lebih banyak tahu," kata Agun, sembari terus berjalan masuk ke dalam Gedung KPK.

Ia sempat menegaskan kedatangannya untuk menjadi saksi. Namun, ia tidak mau berkomentar soal kasus apa.

Agun sebelumnya beberapa kali diperiksa terkait kasus e-KTP.

(Baca juga : Ikut Lelang E-KTP, Perusahaan Keluarga Novanto Ternyata Fiktif)

Terlihat juga politisi Golkar lainnya Chairuman Harahap datang ke KPK. Ia langsung masuk gedung KPK tanpa berkomentar terkait kedatangannya.

Chairuman sebelumnya juga beberapa kali diperiksa terkait kasus e-KTP.

Selang beberapa saat kemudian, giliran mantan anggota Komisi II DPR Miryam S Haryani tiba di KPK.

Miryam yang sudah menjadi tahanan KPK itu mengaku diperiksa untuk kasus Novanto.

"Untuk Pak Setya Novanto," ujar Miryam singkat.

(Baca juga : 8 Hal Menarik Saat Novanto Bersaksi di Sidang Kasus e-KTP)

Sementara itu, Juru Bicara KPK Febri Diansyah saat dikonfirmasi terkait kedatangan Rudi, Agun dan Chairuman mengatakan, hari ini KPK memanggil sejumlah orang untuk diperiksa sebagai saksi kasus e-KTP.

"Hari ini ada sejumlah saksi yang diperiksa untuk pengembangan kasus e-KTP," ujar Febri.

Novanto sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Namun, hakim praperadilan Cepi Iskandar memutuskan penetapan tersangka tersebut tidak sah.

Adapun KPK memastikan akan kembali menerbitkan surat perintah penyidikan untuk menetapkan Novanto sebagai tersangka.

Kompas TV Komisi Pemberantasan Korupsi kembali menetapkan Ketua DPR Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi KTP elektronik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com