Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panglima TNI Nonton Wayang NKRI dengan Lakon "Parikesit Jumeneng Nata"

Kompas.com - 29/09/2017, 21:22 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam rangka HUT ke-72 TNI pada 5 Oktober 2017, TNI menggelar nonton bareng kesenian daerah, yakni pagelaran wayang, di Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat, Jumat (29/9/2017) malam.

Namun, tidak seperti wayang-wayang tradisional biasanya, pertunjukan yang digelar malam hari ini adalah Wayang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Wayang NKRI merupakan kombinasi dari 11 wayang berbagai daerah seperti wayang Jamblung, wayang Beber, wayang Surakarta, wayang Cirebon, wayang Bali, dan wayang Yogyakarta. Selain itu ada juga unsur wayang golek Jawa Barat, wayang orang, wayang Palembang, wayang Jawa Timur, dan Punakawan Session dalam Wayang NKRI tersebut.

Panglima TNI Gatot Nurmantyo dalam sambutannya menyampaikan, lakon yang dimainkan dalam pagelaran Wayang NKRI yaitu "Parikesit Jumeneng Nata".

Lakon ini bercerita tentang peperangan antara kebaikan diwakili oleh Parikesit melawan kejahatan yang diwakili oleh Astina.

(Baca juga: Dituding Lakukan Manuver Politik, Ini Jawaban Panglima TNI)

Gatot mengatakan, setiap peperangan pasti menyisakan penderitaan dan kehancuran. Untuk memulihkan itu semua, dibutuhkan pengorbanan, waktu yang panjang dan biaya yang tidak sedikit.

"Semoga pertunjukan wayang malam ini dapat menjadi pelajaran penting tentang membangun kesatuan dan persatuan bangsa," kata Gatot.

Dipilihnya pagelaran wayang sebagai salah satu rangkaian peringatan HUT TNI ke-72 lantaran, menurut Gatot, pertunjukan wayang ini sangat strategis.

"Bisa sebagai hiburan dan media komunikasi paling efektif dalam menyebarkan pesan, moral, agama, nasionalisme, dan patriotisme, terutama dalam melawan penjajah," ujar Gatot.

(Baca juga: Panggil Panglima TNI, Jokowi Minta Pejabat Beri Pernyataan yang Menenteramkan)

Sebagai warisan budaya bangsa, wayang juga telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Oleh karena itu, pagelaran wayang ini juga menjadi salah satu upaya melestarikan budaya bangsa. Sebab, dari ratusan jenis wayang yang ada di Indonesia, beberapa di antaranya sudah punah atau hampir punah.

"Saya, Panglima TNI bekerja sama dengan Pak Jaya Suprana untuk mempersatukan 11 jenis wayang ke dalam Wayang NKRI," kata dia.

Pagelaran Wayang NKRI dimulai sekitar pukul 20.00 WIB. Selain Gatot, hadir menonton pagelaran Wayang NKRI antara lain Wakil Presiden keenam RI Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Panglima Kostrad Letjen Edy Rahmayadi, dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

Kompas TV Bakti Sosial TNI berisi layanan pemeriksaan kesehatan, cek darah, dan sunat massal secara gratis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com