Kedua, durasi waktu program yang terbatas (1-5 tahun). Jika strategi komunikasi pada organisasi profit berorientasi sama dengan tujuan organisasi yakni mengejar target revenue dan return of investment (RoI) secara berkelanjutan, sebaliknya strategi komunikasi pada organisasi non-profit bisa jadi memiliki orientasi berbeda dari tujuan program dalam waktu yang terbatas.
Ketiga adalah sumber daya manusia. Jika organisasi profit yang berkelanjutan memiliki bagian komunikasi yang terstruktur dan kompleks dengan definisi pekerjaan masing-masing yang terfokus, sebaliknya dalam organisasi non-profit tidak demikian.
Organisasi non-profit belum banyak yang memiliki bagian komunikasi yang terstruktur dan kompleks. Terkadang, satu orang karyawan melakukan seluruh pekerjaan yang ada di bagian komunikasi.
Yang keempat, anggaran yang terbatas. Para praktisi komunikasi lingkungan organisasi non-profit seringkali frustrasi dalam membuat strategi komunikasi secara berkelanjutan karena ketidakleluasaan dalam menentukan anggaran dan jumlah anggaran yang terbatas. Tidak seperti di organisasi profit yang memiliki kesinambungan anggaran.
Dari seluruh penjelasan singkat tersebut, maka dapat diargumentasikan bahwa fungsi komunikasi lingkungan di Indonesia masih minim. Tidak seperti komunikasi korporasi, komunikasi pemasaran, atau bahkan komunikasi politik yang telah jauh lebih berkembang.
Adalah sebuah tantangan besar bagi praktisi komunikasi, khususnya komunikasi lingkungan, menunjukkan eksistensinya dalam meningkatkan kesadaran khalayak untuk peduli lingkungan dan mendorong suksesnya program advokasi lingkungan.
Nah, sekaranglah waktunya Anda, para praktisi komunikasi, menjawab tantangan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.