Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napak Tilas Gus Dur, dari NU Menuju Istana

Kompas.com - 07/09/2017, 07:57 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kalau ditanya siapa Kyai yang pernah memimpin Indonesia? Rasa-rasanya tak butuh waktu lama bagi kita untuk menjawab Gus Dur.

Meski memiliki keterbatasan fisik, namun kepiawaian dalam memimpin ormas Islam terbesar Nahdlatul Ulama (NU) dan merangkul komunitas di luar NU telah menempatkan pemilik nama lengkap Abdurrahman Wahid itu menjadi Presiden ke-4 Republik Indonesia.

Perjalanan Gus Dur menuju istana tak lepas dari dukungan warga NU dan komunitas non-NU. Kendati sebelumnya di kalangan NU sendiri, beberapa kali ada upaya mendongkel kepemimpinan Gus Dur.

Harus diakui, masuknya Gus Dur di puncak tangga kepemimpinan NU tergolong mudah, tidak berliku, dan bisa dibilang seperti berjalan di jalan tol.

(Baca: Selamat Ulang Tahun, Gus Dur!)

Disarikan dari buku Gila Gus Dur terbitan LKIS, Gus Dur secara formal baru aktif di NU sekitar tahun 1970-an. Posisinya melesat jauh ke puncak organisasi tatkala ditunjuk menggantikan KH Idham Chalid pada Muktamar NU tahun 1984.

Ada sejumlah alasan mengapa Gus Dur bisa dengan cepat masuk di jajaran elit NU. Saat aktif di NU, organisasi tersebut tengah dihadapkan pada masalah titik berat orientasi. Sebagai konsekuensi aktifnya NU berpolitik, titik berat perhatian NU pun lebih pada masalah-masalah politik.

Realitas tersebut berbeda dengan orientasi NU ketika pertama kali didirikan, yaitu sebagai jam'iyah diniyah ijtima'iyah yang berarti organisasi keagamaan kemasyarakatan. Titik berat orientasi politik kala itu justru tak mampu mengagregasikan kepentingan warga NU, sebab corak political society Indonesia bersifat otoritarian.

(Baca: Benarkah Gus Dur Miliki Kemampuan Gaib?)

Gus Dur pun hadir membawa gagasan strategi kembali ke khittah 1926, untuk menyiasati political society yang otoriter.

Meski demikian, NU tidak pasif sama sekali. Dalam berpolitik, warga NU bisa masuk ke partai-partai yang ada, sembari pendekatan ke penguasa. Gagasan yang ditawarkan Gus Dur ini pun diterima oleh para kyai NU.

Selain faktor situasi sosial politik, jalan tol kepemimpinan Gus Dur di NU adalah masalah silsilah keluarga.

Darah biru NU ceramah di gereja

Berasal dari keluarga terpandang di lingkungan NU, membuat Gus Dur relatif lebih mudah diterima di kalangan NU dan para kyai sepuh.

Dari pihak ayah, Gus Dur adalah cucu dari Kyai Hasyim Asy'ari, pendiri NU. Sementara dari pihak ibu, ia adalah cucu dari Kyai Bisri Sansuri, seorang ahli fiqh, Rais Aam PBNU.

Di samping itu semua, alasan lain yang tak kalah penting yaitu kualitas pribadi Gus Dur. Tak heran, dengan faktor-faktor itu tadi, Gus Dur terpilih sebagai pimpinan baru PBNU dalam Muktamar NU ke-27 di Situbondo.

Meski mendapat dukungan penuh dan kepemimpinan di internal NU makin menguat, namun kepemimpinan Gus Dur tak lepas dari tantangan.

(Baca: Di Balik Misteri Tidur Gus Dur)

Musababnya, banyak gagasan Gus Dur yang dinilai kontroversial, seperti gagasan tentang "pribumisasi Islam", "hubungan Islam dan negara", pluralisme dan demokrasi, termasuk keberaniannya memberikan ceramah di hadapan orang Kristiani di gereja.

Upaya mendongkel kepemimpinan Gus Dur yang dianggap "nakal" itu pun terjadi dua kali yaitu dalam Muktamar NU ke-28 dan ke-29.

Bahkan, pada saat Muktamar NU ke-29 di Cipasung, sempat muncul gerakan ABG alias Asal Bukan Gus Dur.

Yang terakhir itu, bahkan disebut-sebut ada campur tangan dari aparat negara karena Gus Dur dianggap berbahaya. Hal itu dikarenakan kritik dan lontaran-lontaran yang dilakukan Gus Dur.

Namun, upaya mendongkel kepemimpinan Gus Dur di NU sia-sia. Dia bertahan tiga periode atau 15 tahun hingga akhirnya terjadi gejolak reformasi '98.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com